KONTEKS.CO.ID – Kerajaan Tarumanegara, kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa yang berdiri sejak abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi. Namun, Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai di Kalimantan. Berikut ini informasi terkait peninggalan prasasti Kerajaan Tarumanegara.
Peninggalan Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat, pendiri kerajaan ini adalah Maharesi Jayasingawarman dari India.
Berdasarkan peninggalannya, Kerajaan Tarumanegara terkenal bercorak Hindu.
Puncak kejayaan kerajaan terjadi saat Raja Purnawarman memimpin, menguasai wilayah Sunda dan Jawa bagian barat.
Tujuh prasasti batu, dengan tulisan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta, menjadi bukti keberadaan kerajaan ini.
Berikut ini beberapa peninggalan prasasti Kerajaan Tarumanegara sesuai Modul Sejarah Indonesia SMA Kelas X: Perkembangan Kehidupan pada Masa Kerajaan Hindu Budha (2020).
Prasasti Ciaruteun
Penemuan prasasti Ciaruteun terjadi sekitar tahun 1863 di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Prasasti Ciaruteun berukuran 200 cm x 150 cm.
Isinya mencakup pesan, pahatan laba-laba, cap telapak kaki Raja Purnawarman, sajak beraksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Isi Prasasti Ciaruteun tertulis dalam bentuk puisi India yang terdiri dari empat baris.
Terjemahan isi Prasasti Ciaruteun yaitu “Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara.”
Prasasti Kebon Kopi
Seorang pemilik perkebunan kopi Jonathan Rigg menemukan prasasti ini di Kampung Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, oleh pada 1863.
Prasasti Kebon Kopi terbagi menjadi 2, yaitu Prasasti Kebon Kopi I dan Prasasti Kebon Kopi II. Prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah) berisi tentang gajah yang ditunggangi oleh Raja Purnawarman.
Isi Prasasti Kebon Kopi II atau Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pengambat, menyatakan pengembalian tatanan pemerintah kepada kekuasaan Raja Sunda pada tahun 458 Saka (932 Masehi).
Prasasti Tugu
Penemuan Prasasti Tugu pada masa kejayaan Raja Purnawarman ada di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu, Koja, Jakarta Utara.
Prasasti Tugu menjadi prasasti terpanjang peninggalan Raja Purnawarman. Isinya mencakup penggalian di Sungai Candrabaga dan Sungai Gomati (Bekasi) dengan tulisan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Prasasti Pasir Awi
Arkeolog Belanda N.W. Hoepermans menemukan prasasti ini pada tahun 1864 di kawasan hutan Cipamingkis, Bogor.
Prasasti Pasir Awi berisi telapak kaki dengan tulisan Pallawa, sayangnya belum bisa menyimpulkan isinya.
Prasasti Cidanghiang
Penemuan Prasasti Cidanghiang atau Munjul terjadi pada 1947 di Kampung Lebak, tepi Sungai Cidanghiang, Kecamatan Muncul, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Prasasti ini memuji keberanian dan keperwiraan Purnawarman sebagai panji seluruh raja dunia.
Prasasti Muara Cianten
Ditemukan pada 1864 di Desa Cianten, Bogor, Jawa Barat, Prasasti Muara Cianten memiliki kemiripan dengan Prasasti Awi, namun isinya belum dapat diinterpretasikan oleh para ahli.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara: Prasasti Jambu
Prasasti terakhir terkenal juga sebagai Prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di perkebunan jambu di bukit Pasir Koleyangkak, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
Isinya memuji kegagahan dan kejujuran Raja Purnawarman dalam menjalankan tugas kepemimpinannya serta keberhasilannya dalam menggempur kota-kota musuh.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"