KONTEKS.CO.ID – PBSI evaluasi hasil World Tour Finals 2022 di mana para pebulutangkis Indonesia gagal mempersembahkan gelar.
PBSI evaluasi hasil World Tour Finals 2022 untuk memperbaiki kekurangan pebulutangkis Indonesia di Pelatnas Cipayung agar lebih baik kedepannya.
Tim Indonesia yang mengirim tujuh wakil di lima nomor pertandingan, gagal meraih gelar di turnamen penutup tahun, BWF World Tour Finals 2022. Turnamen ini berlangsung di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand pada 7-11 Desember.
Raihan terbaik skuat Merah-Putih adalah dengan meraih dua runner up melalui Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra) serta Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (ganda putra).
Itu setelah di laga final tunggal putra BWF World Tour Finals 2022, Ginting harus mengakui keunggulan Viktor Axelsen (Denmark) dengan skor 13-21, 14-21.
Sedangkan The Daddies – julukan Ahsan/Hendra – dikalahkan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi dari China dengan skor 17-21, 21-19, 12-21.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny Mainaky, angkat bicara tentang hasil Indonesia di BWF World Tour Finals 2022.
“Secara keseluruhan kalau dilihat perjuangan anak-anak sudah maksimal ya, sudah bagus. Apalagi melihat yang baru bermain di sini seperti Gregoria dan Rinov/Pitha. Semua semangatnya luar biasa, tidak mudah menyerah dan kemauan untuk menangnya besar,” beber Rionny kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
“Tapi memang harus ada beberapa hal yang diperhatikan. Kalau di final saya lihat Ahsan/Hendra ada penurunan fokus terutama di gim ketiga. Tapi memang dengan usia dan kondisi dari babak awal sudah main habis-habisan hasil ini maksimal buat mereka,” urai Rionny.
“Sama dengan Fajar/Rian, secara skill sudah bagus sekali tapi lagi-lagi fokus di poin-poin penting kadang belum konsisten, bagaimana mereka harus lebih sabar lagi,” kata Rionny menjelaskan.
Sementara dari nomor tunggal putra, Rionny mengungkapkan kekuatan sudah merata. Baik Jonatan maupun Ginting sudah selevel dengan lawan-lawannya, hanya yang paling siap di lapangan yang akan menang.
“Untuk Jojo dan Ginting secara pengalaman, kematangan pukulan dan pola permainan sudah cukup. Lawan-lawannya semua sudah satu level bisa dikatakan begitu, jadi siapa yang siap dia yang menang,” ungkap Rionny.
“Di final, Ginting sebenarnya sudah benar polanya. Hanya keyakinan dan kesabarannya masih kurang. Dia berhasil mengatur pola permainan tapi finishing-nya masih buru-buru dan banyak mati sendiri. Ini yang harus diperbaiki,” kata Rionny melanjutkan.
Lantas bergeser ke sektor ganda putri. Rionny mengatakan bahwa Apri/Fadia harus memperbanyak variasi permainan dan memperkuat pertahanan.
“Pola permainan Apri/Fadia sudah mulai terbaca lawan, jadi harus dicari variasi-variasi lain agar tidak monoton. Pertahanannya juga mesti diperkuat,” papar Rionny.
“Terutama Fadia harus memiliki daya tahan untuk main lama, main reli-reli. Dulu Apri bisa mengimbangi Greysia (Polii) main seperti itu. Sekarang Fadia harus imbangi Apri,” tutur Rionny.
Adapun kredit khusus diberikan kakak kandung Rexy Mainaky itu kepada Gregoria dan Rinov/Pitha di sektor tunggal putri dan ganda campuran. Penampilan keduanya memang di luar perkiraan walau baru tampil perdana di BWF World Tour Finals 2022.
“Gregoria sudah bisa mengalahkan Chen Yu Fei (China) dan merepotkan An Se Young (Korea) serta Akane Yamaguchi (Jepang), sesuatu yang cukup luar biasa. Kepercayaan diri dan mentalya sudah mulai kembali. Ini yang penting. Tapi pekerjaan rumahnya adalah di ketahanan otot dan sedikit pada fokusnya. Kami akan terus tingkatkan itu,” ujar Rionny.
“Untuk Rinov/Pitha, Pitha itu skill bola depannya bagus, hanya tinggal tambah power lagi. Rinov sudah cukup matang, dari skill, power, atur bolanya pintar, tapi masih kurang sabar,” ulas Rionny lagi.
Rionny lalu menegaskan bahwa perjuangan maksimal bukan berarti evaluasi tidak dilakukan. Ia berharap anak-anak asuhnya untuk memperbaiki apa yang masih menjadi kekurangan-kekurangan.
“Saya sudah sampaikan ke anak-anak untuk mengevaluasi permainan secara mendetail lewat video analisis. Kekurangan-kekurangan lanjut diperbaiki di latihan bersama pelatih. Yang terpenting bagaimana mereka ada kemauan dulu untuk memperbaiki, untuk meningkatkan kemampuan,” harap Rionny.
“Tahun depan (2023) kita akan fokus pada pembenahan dan peningkatan faktor non teknis,” tandasnya.
Perlu diketahui bahwa turnamen bulutangkis dunia akan menjalani jeda sebelum kembali bergulir di pekan kedua Januari 2023, yakni Malaysia Open 2023 yang merupakan agenda BWF World Tour Super 1000.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"