KONTEKS.CO.ID – Ducati menolak pemberian hak konsesi buat Honda serta Yamaha di MotoGP teraktual. Ducati sepertinya lupa mereka pernah dapat keistimewaan.
Ducati harusnya ingat mereka pernah diistimewakan oleh MotoGP dalam hal ini Dorna Sports selaku promotor. Kapankah itu? Simak kronologinya di bawah ini.
Dorna tak senang Honda dan Yamaha tercecer di belakang Ducati?
Speedweek menduga saat ini Dorna tak senang dengan dominasi Ducati di MotoGP.
Dorna tidak senang pembalap sekelas Marc Marquez di atas Honda dan Fabio Quartararo di atas Yamaha jarang menjejak podium bahkan sering tercecer di belakang Ducati atau di luar 10 besar.
Salah satu solusi memperbaiki masalah teknis itu sesegera mungkin adalah adanya keistimewaan untuk dibantu melompat, yakni diberikannya konsesi.
Kalau tidak, Marc Marquez dan Fabio Quartararo mungkin mengambil cuti panjang – atau dia harus terus mengikuti balapan tanpa harapan kemenangan.
Karena Honda dan Yamaha secara teknis tertinggal jauh, mereka sekarang harus mendapatkan hak istimewa teknis dalam jangka pendek. Apakah Ducati setuju?
“Jika Anda memiliki nyali, Anda bekerja dan berupaya untuk kembali ke baris depan. Jika tidak, silahkan Anda pergi,” koar Manajer Tim Ducati, Davide Tardozzi seperti dilaporkan GPOne.
Tampaknya pabrikan Eropa bahkan berusaha mempertahankan dominasinya. Salah satunya dengan mengusulkan sesi P2 saja yang catatan waktunya diperhitungkan untuk lolos ke kualifikasi. Agar para pembalap bisa berkonsentrasi dengan setelan dan teknis hingga pembaruan motor di P1 dan latihan bebas.
Dorna pernah berikan keistimewaan buat Ducati
Pada 2014, CEO Dorna Carmelo Ezpeleta membantu Ducati secara bertahap membangun motor pemenang lagi, ketika kebuntuan teknis terjadi setelah kemenangan gelar 2007 Casey Stoner.
Pembalap sekelas Valentino Rossi yang didatangkan pada 2011 pun tak bisa mengangkat Ducati kembali ke jalur kemenangan.
Saat itu, bos balap Ducati yang baru Gigi Dall’Igna mendapat izin untuk mengubah tim pabrikan Ducati Corse dengan Andrea Dovizioso dan mendiang Nicky Hayden dari status pabrik menjadi status kelas terbuka, yang dikaitkan dengan banyak keistimewaan.
Kompromi aneh terjadi sembilan hari sebelum dimulainya musim MotoGP 2014. Ducati diberikan keuntungan Kelas Terbuka untuk 2014 dan 2015, dan alasan sudah tersedia.
Apa keuntungan Kelas Terbuka?
Tim pabrikan dari Borgo Paginale, Bologna, Italia tersebut, tidak memenangkan balapan pada 2013 dan, sebagai ucapan terima kasih atas mahakarya ini, diizinkan untuk berkompetisi pada 2014 dan 2015 dengan empat pembalap pabrikan, masing-masing dua dari Ducati Corse dan Pramac menikmati keuntungan dari Kelas Terbuka.
Artinya secara detail: Ducati memiliki tujuh mesin lebih banyak daripada lawan langsungnya, yaitu 12 mesin dalam semusim, bukan lima mesin dalam semusim seperti tim yang tidak mendapatkan hak konsesi atau Kelas Terbuka.
Ducati juga dapat meningkatkan tenaga dan kecepatan sesuai keinginan dan tidak perlu memperhitungkan konsumsi bahan bakar. Karena mereka diizinkan membakar 2 liter lebih banyak dari lawan mereka dalam balapan.
Pada tahun 2014 langsung terbukti dengan Andrea Iannone mencetak rekor kecepatan tertinggi MotoGP di Mugello dengan 349,6 km/jam.
Sebagai pengingat, Ducati juga tidak memenangkan balapan pada 2011 dan 2012. Pada saat itu, tidak ada yang berpikir untuk menghargai kegagalan ini.
Hanya Manajer Umum Ducati Corse yang baru, Gigi Dall’Igna, yang menemukan celah dalam peraturan ini dan memanfaatkannya.
Setelah beberapa tahun, Andrea Dovizioso mulai memberi sederet kemenangan buat Ducati, bahkan jadi penantang gelar menghadapi Marc Marquez di 2017-2019.
Diikuti tambahan gelar seri oleh Andre Iannone, Danilo Petrucci, serta beberapa dari Jorge Lorenzo, The Bologna Bullet – julukan Ducati – terus merangsek dan dominasi mereka mulai terasa selepas putaran kedua MotoGP 2022 hingga putaran pertama MotoGP 2023.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"