KONTEKS.CO.ID – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf tema Hari Lahir (Harlah) 1 Abad NU dan visi kepengursan PBNU masa khidmah 2022-2027.
Harlah 1 Abad NU digelar dengan tema Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru. Sementara Visi PBNU adalah Merawat Jagat Membangun Perdabatan.
“Merawat Jagat Membangun Perdabagan adalah pemahaman kami tentang mandat dari para pendiri NU untuk dikerjakan oleh organisasi ini,” ujar KH Yahya Cholil Staquf, saat mengelar Ngopi Barang dengan Pimpinan Redaksi Nasional dan Koresponden Asing di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu, 1 Februari 2023.
Dijelaskan Gus Yahya, merawat jagat memiliki makna memelihar kesentosaan, tidak hanya lingkungan hidup tapi juga tatanan kehidupannya. Ini agar tidak terjadi kekacauan yang dapat menimbulkan kesengsaraan.
Sementara membangun peradaban berarti berupaya memberikan sumbangsih agar dinamika peradabatan umat manusia bisa mengarah pada keadaan lebih mulia. Sungguh-sungguh, adil dan harmonis.
“Didasarkan pada penghormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia,” katanya.
Sementara itu, mengenai tema Harlah NU yang memilih 1 Abad NU, bukan 100 tahun, Gus Yahya menyampaikan kalau pertimbangannya sangat sederhana. Membangkitkan imanjinasi kelangkaan.
“Kalau 1 abad itu menunggu 2 (abad)-nya lama. Masih lama sekali. Kalau 100 tahun, tahun depan sudah 101. Itu membangkitkan imajinasi kelangkaan, supaya orang merasa itu langka,” katanya dikutip dari nu.or.id.
Tema Harlah 1 Abad NU
Terkait dengan tema Harlah 1 Abad NU, mendigdayakan NU diaratikan sebagai mengembangkan kapasitas NU. Agar mampu menghadirkan kontribusi terhadap kehidupan umat manusia secara keseluruhan.
Menurut Gus Yahya, tidak hanya cukup hanya berdaya atau bertahan. Karena bukan sebagai korban yang kalah, tapi justru harus menentukan hidup.
“Kita nggak cukup hanya berdaya. Kalau berdaya itu survive saja. Kita nggak jadi korban yang kalah, tapi kita bisa menentukan hidup. Itu berdaya. Kita butuh digdaya supaya makna NU itu lebih kuat di tengah-tengah pergulatan hidup umat manusia,” katanya.
Untuk itulah, Gus Yahya butuh membangun kapasitas NU agar punya kemampuan untuk menghadirkan kontribusi yang bermakna.
Sementara menjemput abad kedua bermakna upaya PBNU untuk membangkitkan imajinasi bahwa momentum melangkahkan kaki ke gerbang abad kedua adalah momentum yang penting bukan hanya secara faktual, tapi juga secara spiritual.
Dia kemudian menyebutkan hadits Rasulullah tentang adanya sebuah mujadid atau aktor pembaharuan pada setiap 100 tahun sekali.
“Allah membangkitkan pada setiap 100 tahun, aktor bisa individu atau kelompok, yang akan merevitalisasi agama. Dengan pengertian membangkitkan hal-hal mulia yang sekarang mungkin kurang terlihat aktualisasinya. Jadi, 1 abad membangkitkan imajinasi warga NU bahwa ini kita mau ada tajdid,” jelas Gus Yahya memaknai hadits Rasulullah.
Lalu, ia menjelaskan tentang kalimat ‘menuju kebangkitan baru’. Menurut Gus Yahya, berdirinya NU adalah fenomena kebangkitan. Sebab telah lahir sebuah organisasi ulama yang merupakan bidah besar karena belum pernah pada zaman Nabi Muhammad ada organisasi ulama.
“Sepanjang sejarah Islam belum ada kumpulan ulama yang mengorganisasikan ulama. Bagaimana dengan Muhammadiyah? Muhammadiyah itu pergerakan pembaharuan pendidikan,” katanya.
Secara absolut, NU merupakan organisasi ulama pertama kali sepanjang sejarah. Bahkan diberi nama Nahdlatul Ulama, kebangkitan ulama. Saat ini, kata Gus Yahya, NU akan menjemput kebangkitannya yang kedua.
“Sekarang kita ini mau bangkit lagi dengan cara yang baru, yaitu dengan mendigdayakan atau meningkatkan kapasitas memberikan kontribusi yang baik, konstruktif terhadap hidup umat manusia,” ujar Gus Yahya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"