Oleh: Jonminofri, Dosen dan Wartawan
Judul buku: Gadis, Leo & Lanang
Penulis: Amelia Fitriani
Penerbit: Satupena
Tahun terbit, Mei 2024
KONTEKS.CO.ID – Buku ini menarik, setidaknya dalam 5 hal. Pertama, lima cerpen dalam buku ini ditulis ketika masih kuliah, setelah lulus, hingga tahun 2013. Sebelas tahun yang lalu.
Kedua, bila melihat usia, mestinya cerpen ini masuk kategori cerpen remaja. Era tahun 1980an hingga tahun 2000 adalah tahun keemasan cerpen remaja. Di masa yang sama cerpen serius juga berkembang.
Ketiga, dari kelima cerpen yang ditulis Amel ini memang bercerita dengan tokoh remaja atau awal-awal masa dewasa. Bedanya adalah tema cerpen ini berbeda dengan cerpen remaja pada umumnya, sebelum tahun 2000.
Sebelum tahun 2000 banyak majalah untuk remaja yang memiliki rubrik cerpen. Contohnya, majalah Gadis (dari Femina group), Aneka. Kedua majalah tersebut sering memberi bonus sisipan kumpulan cerpen.
Di luar majalah itu, perusahaan media juga menerbitkan majalah khusus yang isinya 100% cerpen. Terbit secara rutin. Jadi, penggemar cerpen remaja sangat banyak tahun 1980an sampai tahun 2000.
Sebenarnya isi cerpen remaja di zaman itu, kalau diperas dari inti cerita, sederhana saja. Temanya jarang bergeser, hanya penceritaannya saja berbeda. Setiap penulis mempunyai gayanya sendiri.
Tema besarnya adalah masalah cinta remaja. Cinta remaja itu jika diperas lagi, plotnya kira-kira seperti ini: pertemuan dia remaja cowok dan cewek. Lalu mereka jatuh cinta. Jadian. Pacaran, dengan penggambaran yang indah-indah.
Lalu cemburu karena melihat ceweknya jalan dengan cowok lain. Si cowok marah, ngambek, cemburu, dan minta putus.
Si cewek berusaha membujuk sambil menjelaskan bahwa cowok yang jalan sama dia itu adalah sepupunya yang sedang berkunjung ke Jakarta di hari libur kuliah di Surabaya misalnya. Setelah diyakinkan, mereka mesra lagi.
Tentu saja banyak warna cerita, ragam kejadian, dan sudut pandang yang berbeda yang membuat cerita jadi seru dan terasa berbeda-beda.
Novel semacam itu dulu laku bak kacang goreng. Cerpen karya Amel di buku ini berbeda. Sehingga dari segi cerita kita tidak bisa menyamakan dengan remaja.
Bahkan, konten pada cerita cerpen dalam buku ini cocok untuk orang dewasa juga.
Setidaknya ada dua judul bertema absurd pada buku ini. Pertama: Pukul Enam Pagi. Ketika di awal membaca cerita ini, kita tidak tahu akan dibawa ke mana cerita ini oleh penulisnya.
Tapi kita terasa dipaksa terus membacanya untuk mengetahui akhir cerita yang sukar ditebak. Untung bahasa cerpen ini baik sehingga tulisan enak dibaca.
Cerita kedua yang patut dicatat adalah Kinai. Di akhir cerita pembaca dibuat bingung: untuk membenarkan apa yang telah diperbuat tokoh utama pada cerpen ini atau berpihak ke adiknya yang dengan dingin tanpa sedih melihat kakaknya wafat di depan dia.
Si adik merasa telah menjadi korban dari perlakuan si Kinai. Si Adik juga merasa bahwa orang mereka jadi jadi korban dari perbuatan Kinai.
Konflik antara Kinai dan adiknya ini diungkap hampir di akhir cerita. Jadi, cerita ini meninggalkan misteri bagi pembacanya.
Kisah cerita remaja sebenarnya ada di buku ini, yaitu pada cerpen berjudul Gadis, Leo & Lanang. Tetapi dengan konflik yang berbeda.
Gadis merasa menerima karma karena membuang Lanang dan berpindah hati ke Leo. Kini Gadis yang dibuang oleh Leo. Leo dan Lanang adalah dua sosok laki-laki yang berbeda sangat karakternya.
Nah, di buku ini juga ada cerpen berjudul Poster Caleg, yang bukan cerita cinta remaja.
Ketika menulis kelima cerpen tadi, penulisnya baru berumur 22 tahun. Masa-masa menjalani hidup dengan cinta remaja dan dewasa awal, itu tampak pada cerpen Gadis, Leo & Lanang, serta Spasi.
Di luar itu, Amel seperti digambarkannya di kata pengantar juga seorang aktivis, sehingga pemilu legislatif menarik perhatiannya.
Kegiatan penulisnya sebagai aktivis yang membedakan tema cerpennya dengan umumnya cerpen remaja. Usia boleh remaja, tapi Amel memberikan perhatian pada dunia lain di luar keremajaannya.
Di atas telah dikemukakan 3 dari 5 kelebihan buku cerpen ini.
Keempat, Amel menambahkan ilustrasi yang dibuatnya sendri untuk lima cerpen ini. Ini menunjukkan bahwa penulis novel ini juga seorang pelukis.
Kelima, tema yang diangkat penulis ini rasanya tidak lekang kendati cerita ini sudah disimpan 10 tahun dalam laci. Dan Amel mengatakan dia tidak mengubah apapun dari cerpen-cerpen ini. Artinya, cerpen ini akan tetap dibaca kapan saja. Tidak banyak remaja yang menulis cerita dengan tema yang awet.
Yang menunjukkan cerita ini jadul adalah karena penulis nya menyebut lagu “Harmoni” dan Samsung Galaxy yang membuat orang tahu betapa setting waktu pada cerpen ini sudah tua. Untung lah J.Co masih ada sampai sekarang, jadi masih relevan hingga saat ini.
Tentu saja ada kritik yang harus kita sampaikan kepada penulis buku ini: buku ini terlalu tipis
Lima cerpen yang menarik itu cepat selesai dibaca. Rasanya Amel perlu menerbitkan karya cerpennya lagi agar pembaca merasa terpuaskan menikmati cerpen-cerpen dengan bahasa yang gamblang seperti ini.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"