KONTEKS.CO.ID – Komunikolog Emrus Sihombing mengingatkan masyarakat, terutama kelompok mahasiswa, aksi unjuk rasa yang disertai emosional rawan ditunggangi kepentingan lain. Lebih baik, mahasiswa mengedepankan dialog dengan adu ide dan gagasan.
“Demolah dengan dewasa dan dialog, bertukar pikiran dan gagasan. Misal bikin surat permohonan dialog, kirim ke presiden. Buat satu pertemuan dan diliput media. Sehingga masyarakat bisa menilai gagasan mana yang bagus. Jadi, jangan demonstrasi mengganggu orang lain dan bisa saja ada penumpang gelap,” kata Emrus saat dihubungi, Rabu (7/9).
Emrus menilai sejauh ini demokrasi di Indonesia belum dewasa, cenderung mengedepankan emosional. Padahal, mahasiswa sebagai bagian dari kelompok akademik, seharusnya menyampaikan aspirasi secara lebih elegan.
Maka dalam hal ini, Emrus meminta para dosen bertanggung jawab menumbuhkan kedewasaan akademik bagi mahasiswa.
“Akademisi harus mampu menyampaikan data dan fakta. Kalau tidak, tuntutan yang disampaikan amat sulit dikonkretkan, karena tidak jelas apa yang disampaikan. Jadi adu data saja, kalau BBM seharusnya tidak naik, kenapa?” kata Emrus.
Dalam isu penyesuaian harga BBM bersubsidi, Emrus juga mengkritisi pola komunikasi pemerintah. Menurut Emrus, pemerintah seharusnya berdiskusi dengan komponen masyarakat sebelum memutuskan kebijakan. Sebab, dampak penyesuaian harga BBM sangat luas.
“Pemerintah harus berdialog dengan saudara kita di tempat terpencil atau tinggal di kantong kemiskinan kota untuk merumuskan skema atau pengaturan harga BBM. Dialog mutlak dalam negara demokrasi,” tegas Emrus. []
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"