KONTEKS.CO.ID – Pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo terkait estafet kepemimpinan dalam perayaan Natal Mabes Polri 2023, menunjukkan keberpihakan kepada salah satu capres-cawapres 2024.
Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto menyatakan apa yang disampaikan Kapolri Listyo Sigit bukan hanya framing, tapi sudah bentuk nyata arahan terhadap dukungan.
“Penelusuran “Estafet” (disebut juga lari beranting atau lari sambung) adalah salah satu cabang olahraga lari dalam kategori atletik yang dilakukan secara beregu dan setiap pelari harus menempuh jarak yang telah ditentukan sebelum memberikan tongkat penyambung ke teman satu tim yang berada di depannya”, kata Hari Purwanto dalam keterangan pada Jumat, 12 Januari 2024.
Menurut Hari Purwanto, sudah menjadi rahasia umum jika pengangkatan Kapolri Listyo Sigit Prabowo karena hubungan khusus dengan Presiden Jokowi. Kedekatan tentu memiliki kepentingan dengan kekuasaan.
“Posisi Kapolri hari ini semestinya diisi oleh Adhi Makayasa Akpol 1991 yang saat ini menjabat Kabareskrim Komjen. Pol. Drs. Wahyu Widada,” ujarnya.
Hari Purwanto berharap institusi Polri yang dibangun atas semangat reformasi melalui UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI jangan dirusak oleh situasi pesta demokrasi 2024.
“Pemilu Damai yang digulirkan saat ini hanya lips service karena Kapolri Listyo Sigit Prabowo menyatakan keberpihakan dengan kata kunci “Estafet” dan itu tentunya pesan kepada tuannya,” ujar Hari Purwanto lagi.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam Perayaan Natal Mabes Polri Tahun 2023 di Auditorium PTIK, Jakarta, Kamis, 11 Januari 2024 menyampaikan pesan kepada para tokoh lintas agama untuk turut menjadi pendingin suhu politik atau cooling system menjelang Pemilu 2024.
Jenderal Listyo Sigit menegaskan apa yang sudah diraih oleh pemimpin negara harus bisa dilanjutkan dan juga ditingkatkan. Untuk bisa mempertahankan itu sambungnya, syarat utamanya yakni menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
“Yang kita cari adalah pemimpin yang bisa melanjutkan estafet kepemimpinan, bukan karena perbedaan. Akhirnya bukan pemimpin yang kita cari, tapi yang kita pelihara perbedaan terus dan kemudian itu kita bawa dalam konflik,” kata Listyo.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"