KONTEKS.CO.ID – Sidang Istbat penetapan Idul Fitri 1444H/2023 akan dilaksanakan setelah Magrib, pada Kamis, 20 April 2023. Sebelum sidang itu, terjadi peristiwa alam Gerhana Matahari Total atau Gerhana Matahari Hibrid mulai pukul 09.49 WIB.
Terkait dengan hal ini, Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) di seluruh Indonesia bersama peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan melakukan Rukyah hilal atau pengamatan hilal untuk menetapkan awal Syawal sekaligus penentuan hari raya Idul Fitri 1444 H.
Saat pengamatan hilal, adalah hari yang sama akan terjadi peristiwa langit langka berupa Gerhana Matahari Campuran, yakni gerhana Matahari Total dan Gerhana Matahari Cincin dalam satu rentang episode gerhana.
Seluruh masyarat di wilayah Indonesia berkesempatan menyaksikan Gerhana Matahari ini, meski ada yang hanya dalam wujud Gerhana Sebagian. Ini karena hanya sebagian kecil paras Matahari yang tertutupi oleh Bulan. Hanya sebagian Provinsi Aceh saja yang diperhitungkan tidak akan menyaksikan fenomena tersebut.
Menurut Peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin, gerhana matahari hibrida ini bukanlah tanda awal masuk bulan Qomariah.
“Pada dasarnya gerhana hanya menunjukkan bahwa sudah masuk fase bulan baru atau konjungsi,” ujar Andi seperti dikuti dari brin.go.id pada Rabu, 19 April 2023.
Andi juga menjelaskan bahwa terlihat atau tidak terlihatnya hilal sangat bergantung sejumlah faktor. Mulai dari parameter bulan itu sendiri, berupa tinggi atau irtifa, elongasi dan magnitudo visual, parameter optis atmosfer atau konsentrasi partikulat pencemar, uap air dan sebagainya dan tingkat sensitivitas mata / sensor kamera.
“Singkatnya hilal terlihat jika intensitas cahaya dari Bulan sabit lebih besar dibanding intensitas cahaya senja dan nilai kontras Bulan sabit syafak lebih besar dibandingkan ambang batas kontras mata atau kamera,” katanya.
Menurut Andi, karena warna hilal cenderung putih sementara syafak cenderung merah jingga kekuningan, maka secara alamiah kontras hilal relatif kecil. Kombinasinya dengan ketinggian yang sangat rendah terhadap ufuk dan pendeknya waktu yang tersedia sebelum Bulan terbenam, menjadikan upaya pengamatan hilal menjadi salah satu tantangan besar.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"