KONTEKS.CO.ID – Tradisi Ramadhan selalu disambut dengan sejumlah aktivitas. Berbagai kegiatan menjadi tradisi turun temurun yang tetap dilakukan sampai saat ini.
Tradisi menyambut Ramadhan di Indonesia memiliki makna tentang menyucikan diri, saling bermaafan, dan menjalin silaturahmi.
Bukankah bulan Ramadhan memang harus disambut dengan penuh kegembiraan? Seperti hadist berikut ini:
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (Hadis shahih, dan diriwayatkan oleh An –Nasa’i)
Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini tradisi menyambut Ramadhan dari berbagai daerah di Indonesia:
Punggahan – Sumatera Utara
Punggahan adalah tradisi yang bertujuan agar mampu menaikkan derajat manusia ketika menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan berbeda di tiap daerah di Sumatera Utara.
Di Labuhanbatu Utara, masyarakat akan membawa makanan dan berkumpul bersama menyantapnya di masjid.
Sedangkan di Batubara, punggahan dirayakan dengan menyembelih kerbau atau lembu mulai 32 hari sebelum hari pertama Ramadhan. Tradisi Punggahan diyakini memiliki nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bermasyarakat.
Meugang – Aceh
Meugang adalah tradisi menyembelih kambing atau sapi yang dilakukan tiga kali dalam setahun, yakni Ramadan, Idul Adha, dan Idul Fitri.
Masyarakat memasak daging di rumah, kemudian membawanya ke masjid untuk makan bersama tetangga.
Masyarakat Aceh meyakini bahwa nafkah yang dicari selama 11 bulan wajib disyukuri dengan bentuk tradisi Meugang. Tradisi Meugang di desa umumnya berlangsung satu hari menjelang bulan Ramadan.
Nyadran – Jawa
Masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta rutin melakukan tradisi nyadran. Tradisi ini dikenal sebagai ruwahan.
Nyadran berarti hasil akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Nyadran diadakan pada satu bulan sebelum bulan puasa, atau pada 15, 20, dan 23 Ruwah.
Nyadran dilakukan dengan membersihkan makam orang tua atau keluarga dan mendoakannya. Masyarakat yang melakukan tradisi Nyadran meyakini, membersihkan makam sebagai simbol dari pembersihan diri menjelang Bulan Suci.
Tak hanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, Nyadran dilakukan sebagai bentuk bakti kepada para pendahulu dan juga leluhur. Setelah nyadran biasanya akan ada acara kenduri dan makan bersama.
Padusan – Jawa
Di Jawa juga terdapat tradisi padusan untuk menyambut bulan Ramadan. Tradisi ini merupakan kegiatan mandi dengan niat membersihkan atau menyucikan diri sebelum datangnya bulan Ramadhan.
Padusan biasanya dilakukan di pantai, sungai ataupun sendang.
Saat tradisi padusan dilakukan, orang akan berbondong-bondong ke tempat pemandian untuk mandi dan berendam. Mereka meyakini air ini dapat menyucikan diri dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Malamang – Sumatera Barat
Malamang adalah tradisi di Sumatera Barat yang dimeriahkan dengan memasak lemang yang terbuat dari penggabungan antara beras ketan putih dan santan yang dimasukkan ke dalam sebuah bambu.
Tradisi ini diharapkan sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan juga menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Malamang dilakukan oleh banyak orang karena ada beberapa langkah yang harus dilakukan seperti mencari bambu sebagai tempat adonan lemang, mencari kayu bakar untuk memanggang lemang, dan mempersiapkan bahan pembuatan lemang.
Jadi diperlukan banyak orang untuk memproses membuat lemang ini.
Nyorog – Betawi
Nyorog merupakan tradisi Betawi yang dilakukan dalam menyambut bulan Ramadan.
Nyorog adalah dengan membagikan berbagai bingkisan seperti sembako, ikan bandeng dan juga daging kerbau untuk sanak keluarga. Bingkisan nyorog juga berupa makanan khas Betawi seperti sayur gabus pucung.
Tujuan dari nyorog yakni untuk mengingatkan bahwa Ramadan akan segera datang dan Ramadan adalah ajang untuk saling silaturahmi.
Suru Maca – Bugis-Makassar
Di Sulawesi Selatan rutin melakukan tradisi ini sebelum bulan puasa. Suru Maca yang artinya membaca doa secara bersama untuk dikirimkan kepada leluhur.
Ritual Suru Maca dilakukan tepat sebelum memasuki bulan Ramadan. Menyajikan beragam kuliner khas suku Bugis-Makassar diletakkan di lantai dan juga di atas ranjang tidur.
Kemudia tokoh agama membaca doa dan ayat-ayat Al-Qur’an. Setelah pembacaan doa selesai, para keluarga menyantap masakan yang telah didoakan.
Makanan yang disediakan dalam ritual Suru Maca yakni opor ayam, ayam goreng tumis, serta nasi ketan dua warna, ketan putih dan hitam serta gula merah yang telah dicairkan atau disebut songkolo palopo.
Megibung – Bali
Megibung merupakan tradisi warga Karangasem, Bali dalam menyambut bulan Ramadan. Megibung sebuah tradisi makan bersama, dilakukan oleh beberapa kelompok orang dengan duduk bersila dan membentuk lingkaran, lengkap dengan nasi yang telah tersedia beserta lauk pauknya di atas nampan.
Satu porsi nasi megibung biasanya dinikmati oleh empat orang hingga delapan orang.
Itulah beberapa tradisi yang dilakukan oleh tiap daerah, tentu ada keunikan tersediri dalam menyambut bulan suci Ramadhan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"