KONTEKS.CO.ID –Â Di tengah suasana Idul Fitri, umat Islam dianjurkan melantunkan takbir sebagai ungkapan syukur dan kegembiraan.
Dalil terkait takbir ini terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Athiyyah RA, yang menggambarkan kegembiraan kaum muslimin saat menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Menurut buku Bekal Ramadan dan Idul Fitri karya Saiyid Mahadhir Lc MA, mengumandangkan takbir sejak malam hari sebelum Hari Raya Idul Fitri dengan suara yang lantang.
Lantuna takbir ini bisa di masjid, rumah, atau bahkan di jalan sebagai upaya menyebarkan kegembiraan tersebut.
Namun, perlu kita mengetahui bahwa ada batas waktu untuk melantunkan takbir Hari Raya Idul Fitri.
Menurut buku 33 Macam Jenis Shalat Sunnah karya Muhammad Ajib Lc MA, batas waktu takbir Hari Raya Idul Fitri adalah ketika imam naik ke mimbar untuk menyampaikan khutbah.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang shahih dari Imam An-Nawawi.
Takbir pada Hari Raya Idul Fitri bukan hanya sekadar ucapan. Tapi juga menjadi bentuk syiar bahwa Ramadan telah berakhir. Kemudian, umat Islam merayakan kesuksesan menunaikan ibadah puasa.
Tata cara melafalkan takbir pada Hari Raya Idul Fitri bisa secara sendiri-sendiri. Juga berjamaah, sesuai petunjuk dalam buku Fikih Ibadah karya Hasan Ayub.
Di Indonesia, takbiran Idul Fitri menjadi tradisi yang meriah dan penuh keceriaan.
Tradisi takbiran ini tidak hanya terbatas di masjid, melainkan bisa di mana saja dan kapan saja.
Rasulullah SAW juga telah mencontohkan tata cara takbiran yang berkesan dalam riwayat Ibn Abi Syaibah, Al Mushannaf 5621.
Dengan melantunkan takbir, umat Islam dapat memeriahkan Hari Raya Idul Fitri penuh syukur atas nikmat kemenangan usai Ramadan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"