KONTEKS.CO.ID –Kenaikan harga beras ini tentu memberatkan bagi masyarakat umum, namun tidak demikian dengan masyarakat adat Cirendeu.
Masyarakat Adat Cireundeu adalah masyarakat adat yang bertempat tinggal di Kelurahan Leuwigajah, Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Jumlah penduduk Masyarakat Adat Cireundeu sekitar 800 jiwa lebih. Kampung ini terdiri dari 65 kepala keluarga yang sebagian besar bermata pencaharian petani.
Konsumsi Singkong
Penduduk di kampung adat ini terbilang unik karena tidak mengkonsumsi nasi, melainkan singkong.
Melansir dari YouTube Tengok Indonesia, awalnya di tahun 1918, penduduk kampung Adat Cirendeu sudah mulai berpindah dari beras padi ke singkong.
Hal itu terjadi sesudah penjajah menyita lahan padi mereka melalui pemberlakuan tanam paksa atau Cultuurstelsel.
“Kebiasaan itu awalnya dari tahun 1918, jadi baru sekitar 100 tahun lebih. Tujuan dari leluhur kami itu Lebih ke sebuah tuntunan supaya tidak terlalu ketergantungan (pada beras padi),” ungkap Abah Widi.
Hal unik ini terjadi karena adanya kekhawatiran leluhur akan krisis pangan.
Leluhur Masyarakat Adat Cirendeu takut bahwa di masa mendatang sawah akan terus berkurang, sehingga nantinya ketergantungan masyarakat akan beras padi akan menjadi kesulitan serius.
Harga Beras Naik
Ajaib, kekhawatiran leluhur mereka terbukti sekarang, Terpantau belakangan ini terjadi menaikan harga beras di pasaran.
Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan sebelumnya menyinggung lonjakan harga beras.
Reynaldi mengungkapkan harga beras saat ini melonjak hingga 20 persen. Ia menyebut harga beras saat ini menjadi Rp18 ribu per kilogram, naik tinggi ketimbang biasanya yang hanya sekitar Rp14 ribu per kg.
Kenaikan harga beras ini telah melampaui jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"