KONTEKS.CO.ID – Stunting pada anak menjadi masalah serius kesehatan di Indonesia, dan baru-baru ini. Penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial UI mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok orangtua dapat menjadi salah satu faktor risiko yang memicu stunting pada balita. Mari kita telaah temuan ini lebih lanjut dan pahami bagaimana dampak merokok pada risiko stunting serta upaya kesehatannya.
Dampak Asap Rokok pada Risiko Stunting pada Anak
1. Temuan Penelitian: Kaitan Merokok dengan Stunting pada Anak
Menurut penelitian yang dilakukan pada 2018 oleh Pusat Kajian Jaminan Sosial UI, balita yang tinggal dengan orangtua perokok memiliki pertumbuhan berat badan yang lebih rendah daripada anak yang tinggal dengan orangtua nonperokok.
Berat badan anak tersebut 1,5 kg lebih rendah dan risiko menjadi stunting mencapai 5,5 persen lebih tinggi.
2. Pandangan dari Kementerian Kesehatan RI
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, dr. Endang Sumiwi, menyampaikan keprihatinannya terkait temuan ini.
Menurutnya, kondisi ini memberikan kesulitan dalam penanganan stunting di Indonesia yang masih memiliki tingkat stunting di atas 20 persen ternyata melebihi kategori yang rekomendai WHO.
“Kita tahu bahwa angka stunting kita masih tergolong tinggi menurut kategori WHO yaitu di atas 20 persen, sementara Indonesia masih 21 persen,” ujarnya, menyoroti kompleksitas penanganan stunting di tengah kebiasaan merokok yang masih tinggi.
3. Solusi Kesehatan: Alihkan Belanja Rokok pada Pangan Hewani
Dalam upayanya untuk mengatasi risiko stunting, dr. Endang Sumiwi mengajak keluarga Indonesia untuk mengalihkan belanja rokok pada sumber pangan hewani.
Protein hewani sebagai asupan yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak dan pencegahan stunting.
“Kalau mau berkontribusi untuk stunting, para orangtua tidak usah merokok dan lebih baik gunakan uangnya untuk membeli protein hewani seperti telur,” ungkap Endang.
4. Peran Perokok Pasif dalam Risiko Stunting
Tidak hanya perilaku merokok, tetapi paparan asap rokok atau perokok pasif juga ditemukan berkontribusi pada risiko stunting.
Dr. Feni Fitriani Taufik dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyebutkan bahwa studi di RS Persahabatan Jakarta menunjukkan adanya nikotin pada plasenta bayi yang lahir dari ibu perokok aktif dan pasif.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa panjang dan berat badan bayi yang lahir dari ibu perokok (aktif dan pasif) lebih kecil dan lebih pendek.
Hal ini mengindikasikan bahwa paparan rokok tidak hanya berpengaruh setelah lahir tetapi sudah memberikan dampak selama kehamilan.
5. Bahaya Secondhand Smoke dan Thirdhand Smoke
Risiko stunting juga berkaitan dengan secondhand smoke (asap rokok yang terhirup oleh orang di sekitar perokok) dan thirdhand smoke (sisa bahan kimia dari asap rokok).
Meskipun thirdhand smoke tidak terlihat, bahayanya tetap ada dan dapat melekat pada berbagai perabotan rumah, seperti gorden, karpet, dan sofa.
6. Upaya Pencegahan dan Kesadaran Kesehatan
Untuk mengurangi risiko stunting terkait merokok maka perlu lakukan upaya pencegahan yang melibatkan kesadaran kesehatan masyarakat.
Kampanye edukasi tentang dampak merokok pada pertumbuhan anak, khususnya pada masa kehamilan, dapat meningkatkan pemahaman dan mendorong perubahan perilaku.
Selain itu, perlu ada upaya untuk menciptakan lingkungan bebas asap rokok, baik di dalam rumah maupun di tempat umum.
Langkah-langkah kebijakan yang mendukung pengendalian merokok dapat membantu melindungi anak-anak dari risiko stunting yang dapat disebabkan oleh paparan asap rokok.
Menciptakan Generasi Sehat Tanpa Stunting
Dampak merokok pada risiko stunting pada anak menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia.
Melalui edukasi, kesadaran masyarakat, dan langkah-langkah kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal anak-anak.
Dampak asap rokok bukan hanya masalah kesehatan perokok.
Tetapi juga menjadi isu kesehatan masyarakat secara keseluruhan, terutama ketika melibatkan generasi penerus.
Masyarakat dan pemerintah perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari risiko stunting, memastikan bahwa setiap anak memiliki peluang tumbuh kembang yang sehat dan optimal.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"