KONTEKS.CO.ID – Tes Myers-Briggs Type Indicator, atau yang lebih kita kenal dengan MBTI, merupakan alat tes kepribadian yang sangat populer di seluruh dunia.
Rancangan tes ini berupa sebuah kuesioner laporan diri introspektif yang bertujuan untuk mengungkapkan berbagai aspek kepribadian seseorang, mulai dari kekuatan, preferensi, hingga gambaran umum kepribadian mereka.
Dalam artikel ini, kita akan mengungkap lebih dalam mengenai MBTI, termasuk sejarah, keakuratan hasilnya, dan keterbatasannya.
Sejarah MBTI
Tes Myers-Briggs Type Indicator pertama kali berkembang oleh dua psikolog, Katharine Cook Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers.
Mereka terinspirasi oleh teori kepribadian Carl Jung dan memutuskan untuk menciptakan alat tes yang dapat membantu individu memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.
Hasilnya adalah Tes Myers-Briggs Type Indicator, yang sejak itu menjadi salah satu alat tes kepribadian paling terkenal di dunia.
Keakuratan Tes MBTI
Meskipun MBTI telah menjadi sangat populer, banyak psikolog dan peneliti telah mengkritiknya dan menganggapnya tidak ilmiah, tidak berarti, atau bahkan palsu.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa MBTI tidak dapat diandalkan, karena individu yang sama dapat menghasilkan tipe kepribadian yang berbeda saat mengulang tes tersebut.
Studi lain juga mempertanyakan validitas MBTI, yaitu sejauh mana tes ini dapat menghubungkan “tipe” dengan perilaku nyata dalam dunia nyata.
Contoh perilaku nyata dari tes ini seperti seberapa baik seseorang dengan tipe tertentu akan berhasil dalam pekerjaan tertentu.
Namun, ada pandangan yang berbeda mengenai MBTI. Ahli seperti Aqualus M. Gordon, Ph.D., dari Psychology Today, berpendapat bahwa MBTI sama validnya dengan tes kepribadian lainnya.
Aqualus M. Gordon, Ph.D. juga mengungkapkan bahwa kritik terhadap tes ini tidak berdasar karena tes ini didasarkan pada teori yang kuat.
Michael Ashton, seorang profesor psikologi dari Brock University di Ontario, Kanada, juga berpendapat mengenai keakuratan atau kevalidan dari tes MBTI.
Dia mengungkap bahwa banyak psikolog menganggap MBTI sebagai ukuran yang cukup valid dari beberapa karakteristik kepribadian, meskipun tes ini memiliki keterbatasan.
Keterbatasan Tes MBTI
Adapun beberapa keterbatasan dari Tes MBTI yang perlu kita perhatikan sebelum mempercayai hasilnya antara lain:
1. Salah satu kritik utama terhadap MBTI adalah bahwa tes ini telah ada sebelum psikologi menjadi ilmu empiris yang kuat. Oleh karena itu, banyak psikolog meragukan validitasnya.
2. MBTI mengelompokkan individu ke dalam kategori hitam atau putih, seperti ekstrovert atau introvert, judger atau feeler.
Namun, dalam kenyataannya, kebanyakan orang tidak dapat kita pisahkan dengan tegas ke dalam dua kategori pada setiap dimensi kepribadian.
3. MBTI hanya menyertakan empat dimensi kepribadian, sementara para ahli meyakini bahwa setidaknya ada lima dimensi kepribadian yang lebih lengkap.
Sebagai alternatif, banyak psikolog lebih memilih menggunakan model “Lima Besar” (the Big Five) untuk mengukur kepribadian seseorang. Model ini menilai kepribadian berdasarkan lima sifat utama:
– Keramahan
– Kesadaran
– Ekstraversi
– Keterbukaan terhadap Pengalaman
– Neurotisme
Model Lima Besar memiliki dasar ilmiah yang lebih kuat dan catatan validasi yang lebih baik daripada MBTI, menurut para ahli.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"