KONTEKS.CO.ID – Stroke termasuk salah satu kondisi serius yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, bahkan sampai kematian. Namun, apa saja faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami stroke?
Salah satu faktor risiko utama stroke adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan penyempitan atau pecahnya pembuluh darah yang menuju ke otak, sehingga mengganggu aliran darah dan oksigen menuju sel-sel saraf otak.
Kebiasaan merokok juga menjadi faktor risiko yang signifikan. Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak arteri, meningkatkan risiko penggumpalan darah.
Penderita penyakit jantung juga rentan terhadap penyakit ini. Gagal jantung, cacat jantung, infeksi jantung, dan detak jantung yang tidak normal dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Diabetes juga berperan dalam meningkatkan risikonya. Diabetes merusak pembuluh darah dan berkontribusi pada tekanan darah tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan risiko stroke.
Kegemukan atau obesitas juga merupakan faktor risiko. Berat badan berlebih seringkali terkait dengan tekanan darah tinggi dan kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan stroke.
Selain itu, beberapa obat tertentu juga dapat meningkatkan risiko stroke, seperti obat pengencer darah, terapi pengganti hormon, dan pil KB yang mengandung estrogen dosis rendah.
Pertambahan usia juga menjadi faktor risiko yang tidak bisa kita abaikan. Risiko bisa berlipat ganda setiap 10 tahun setelah mencapai usia 55 tahun.
Riwayat keluarga juga dapat mempengaruhi risiko stroke seseorang. Jika anggota keluarga memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, maka kemungkinan terkena stroke juga meningkat.
Jenis kelamin juga bisa memainkan peran penting dalam risiko penyakit ini. Pria cenderung terkena stroke pada usia yang lebih muda, sementara perempuan cenderung mengalami pada usia yang lebih lanjut dengan tingkat pemulihan lebih rendah dan risiko kematian yang lebih tinggi.
Sleep apnea, gangguan tidur yang menyebabkan kurangnya suplai oksigen ke otak saat tidur, juga dapat meningkatkan risiko. Sleep apnea dapat menyebabkan berhenti bernapas secara tiba-tiba selama tidur.
Dengan mengelola faktor risiko ini dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat menjaga kesehatan otak kita.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"