KONTEKS.CO.ID — Tidak semua obat-obatan memiliki efek samping yang sama pada setiap orang, namun beberapa jenis obat dapat memicu rambut rontok pada beberapa individu.
Beberapa jenis obat yang diketahui dapat membuat rambut rontok antara lain:
Obat kemoterapi
Obat kemoterapi merupakan jenis obat yang digunakan untuk mengatasi kanker dengan cara membunuh sel-sel kanker.
Namun, obat ini juga dapat membunuh sel-sel sehat di dalam tubuh, termasuk sel rambut. Hal ini dapat menyebabkan kerontokan rambut pada orang yang menjalani pengobatan kemoterapi.
Obat anti-depresan
Beberapa obat anti-depresan dapat menyebabkan rambut rontok sebagai efek samping. Obat anti-depresan seperti fluoxetine, sertraline, dan paroxetine dapat mempengaruhi siklus rambut dan menyebabkan kerontokan.
Obat tekanan darah tinggi
Beberapa obat tekanan darah tinggi seperti beta-blocker dan ACE inhibitor juga dapat menyebabkan kerontokan rambut sebagai efek samping.
Obat ini bekerja dengan cara mempengaruhi hormon dalam tubuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut.
Obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID)
Beberapa obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin dapat memicu kerontokan rambut pada sebagian orang.
Hal ini terjadi karena obat ini dapat mempengaruhi sirkulasi darah di kulit kepala, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut.
Obat untuk pengobatan acne
Obat untuk mengatasi masalah jerawat seperti isotretinoin dan tretinoin juga dapat menyebabkan rambut rontok sebagai efek samping. Obat ini dapat mempengaruhi siklus rambut dan menyebabkan kerontokan.
Jadi, itu dia beberapa jenis obat yang dapat membuat rambut rontok. Jika Anda mengalami kerontokan rambut setelah menggunakan obat-obatan tertentu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda untuk menentukan tindakan yang tepat.
Dokter Anda dapat merekomendasikan penggantian obat atau memberikan saran untuk mengatasi kerontokan rambut.
Selalu perhatikan efek samping dari obat-obatan yang Anda gunakan dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami masalah kesehatan yang tidak biasa.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"