Lifestyle

Megengan, Tradisi Khas Surabaya yang Menandai Datangnya Bulan Suci Ramadhan


KONTEKS.CO.ID – Bulan suci Ramadhan selalu dinanti oleh umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Ada berbagai persiapan untuk menyambut bulan penuh berkah ini, salah satunya tradisi Megengan yang masih populer hingga saat ini di Kota Surabaya.

Megengan merupakan sebuah tradisi khas Jawa sebagai upacara selamatan ala kadarnya untuk menandai masuknya bulan puasa.

Meski belum ada yang mengetahui secara pasti asal usulnya, kuat dugaan menyebutkan bahwa tradisi ini bermula saat Sunan Kalijaga menyebarkan syiar di Jawa Timur.

Secara harfiah, Megengan berarti menahan misal megeng nafas yang berarti menahan nafas atau megeng nafsu artinya menahan hawa nafsu.

BACA JUGA:   4 Tips Mudah Khatam Al Quran Selama Ramadhan, Agar Ibadahmu Makin Berkualitas

Upacara Megengan secara simbolik menjadi penanda bahwa umat muslim akan memasuki bulan Ramadhan.

Oleh sebab itu mereka harus menahan hawa nafsu, termasuk yang terkait dengan makan, minum, hubungan seksual dan nafsu lainnya.

Dalam pelaksanaan tradisi ini warga akan menyediakan nasi kotak yang berisi kue apem, pisang hijau, dan seduhan kopi. Namun, ada juga yang menyediakan 10 buah nasi kotak yang berisi nasi putih dan lauk pauk.

Selain itu, warga juga membacakan Surat Yaasin, surat-surat pendek, dan tahlilan, mulai dari siang hari hingga jelang Ba’da Maghrib.

BACA JUGA:   Masjid Agung Al Azhar Siapkan 700 Takjil Setiap Hari Selama Ramadhan 2023

Setiap keluarga yang mengikuti tradisi Megengan juga memanjatkan doa bersama untuk para leluhur dan anggota keluarga yang sudah meninggal dunia.

Biasanya, periode Megengan satu minggu menjelang puasa. Masyarakat juga akan beramai-ramai untuk berziarah kubur, sambil membersihkan serta menaburi bunga di atasnya.

Tradisi Megengan tidak hanya terlaksana di rumah, tetapi juga bisa secara massal di langgar atau masjid.

Para warga membawa ambengan-nya masing-masing ke langgar atau musholla terdekat untuk melakukan doa bersama dengan seorang sesepuh lingkungan.

BACA JUGA:   Enggak Mau Tobat, Rasmus Paludan Mau Bakar Alquran di Bulan Ramadhan

Tentang hukum Megengan dalam Islam, menurut Wasid Mansyur, dosen Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Megengan yang membagikan makanan ke tetangga hanya dalam satu bungkus saja, sementara prakteknya merupakan bentuk sedekah.

Tradisi ini menjadi salah satu budaya warisan nenek moyang umat Islam di Jawa Timur, yang masih berjalan hingga saat ini.

Megengan menjadi pengingat bagi umat Islam tentang pentingnya menahan diri dan bersiap-siap menghadapi datangnya bulan Ramadhan 2023.***



Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"

Berita Lainnya

Muat lagi Loading...Tidak ada lagi