KONTEKS.CO.ID – Voice of Baceprot alias VoB gusar jika disebut band hijab. Mereka lebih suka orang menikmati musik VoB, dibandingkan ‘menggerayangi’ penampilan mereka.
Popularitas Voice of Baceprot alias VoB sebagai band metal sudah tak terbendung lagi. Terutama sejak mereka sukses mengguncang “tanah kudus” penggemar heavy metal dunia, Wacken Open Air, Jerman.
Bahkan, pada Agustus 2023, Voice of Baceprot (VoB) bakal ‘menjajah’ Amerika Serikat. Trio Marsya, Widi, dan Sitti akan mengguncang 11 kota dalam tur bertajuk Retas: American Tour 2023.
Sebelumnya, mereka menyambangi sejumlah negara Eropa lewat Fight Dream Believe European Tour 2022. Kala itu, mereka tampil di Ceko, Belanda, Denmark, dan Jerman.
Voice of Baceprot Gemas Disebut Band Hijab
Voice of Baceprot sudah dua kali berkunjung ke Eropa. Namun, Trio musisi ini sempat mereka tidak nyaman ketika sebelumnya ke Eropa, banyak ditanya media soal hijab yang mereka kenakan.
“Yang kami tidak suka adalah ketika orang tuh lebih banyak membicarakan itu (hijab), menanyakan itu terus. Sementara, musiknya sendiri itu justru diabaikan,” demikian Marsya bercerita.
“Jadi orang habis waktunya untuk membahas (hijab) di media. Akhirnya, ketika isu itu dilempar ke masyarakat luas, beritanya ke masyarakat yang ada di luar sana, yang berkembang adalah kami band yang terkenal cuma karena kita berhijab, menunggangi stigma dan segala macam,” keluh Marsya.
“Padahal kami selama delapan tahun di musik, bekerja keras untuk memperbaiki kemampuan (bermusik), bekerja keras untuk membuat karya yang bagus untuk dikenal sebagai musisi, bukan dikenal sebagai yang hanya jual penampilan saja,” tandas perempuan di awal usia 20 tahunan ini.
Sitti mengaku lebih senang ditanya soal musik ketimbang penampilannya.
“Karena kami bukan model hijab. Kami datang ke sini mau memperkenalkan karya kami. Jadi, kami tidak mau dilihat dari penampilan yang kami pakai,” tegas Sitti.
Terinspirasi Pengalaman Pribadi
Lagu andalan VoB [Not] Public Property yang dirilis 2022 juga banyak terinspirasi dari pengalaman pribadi.
Pengalaman pribadi yang dirasakan Euis Siti Aisyah terutama di ranah media sosial.
“Banyak yang mengatur-atur ke aku pribadi, seperti misalnya Sitti, tubuh kamu lebih cocok pakai baju begini deh, jangan yang terlalu begini deh!” kata Sitti.
“Padahal aku pakai baju apa yang aku suka. Tubuh aku di antara bertiga memang yang paling berisi. Nah, jadi banyak beberapa orang yang menyarankan, Sitti, kamu jangan terlalu pakai baju yang terlalu ketat deh! Yang seperti itu,” jelas penggebuk drum VoB itu.
Marsya juga risau saat orang lain sering mengatur soal berat badan.
“Kami juga disuruh menaikkan berat badan, menurunkan berat badan. Padahal kami nyaman dengan tubuh kami saat ini. Yang penting bagi kami adalah sehat dan nyaman,” katanya.
“Padahal, tubuh kita, ya punya kita. Cuma kita yang punya hak untuk memperlakukan seperti apa pun tubuh kita,” ujar Marsya.
Sementara itu pemain bass VoB, Widi Rahmawati curhat bagaimana orang-orang sering memperhatikan gerak-geriknya di atas panggung.
Widi gemas saat orang lain mencoba mengatur bagaimana seharusnya ia bersikap di atas panggung.
“Misalnya saat saya menginjak-injak sistem audio. Satu kaki naik ke atas sistem kontrol audio itu, lalu ada yang komentar: Widi, kamu jangan menaikkan kaki ke alat sistem kontrol itu, dong! Itu jadi seperti mengangkang. Begitu kata mereka,” kata Widi.
“Lalu seperti misalnya aku main bass, biasanya suka sedikit melipat ujung lengan panjang bajunya,” lanjutnya.
“Nah, itu juga katanya: Tidak boleh dibuka! Itu aurat, katanya. Padahal saya lebih nyaman seperti itu. Soalnya kalau bajunya terlalu panjang, itu bahaya, bisa terselip, bahkan tersetrum. Jadi itu “kararagok” (Ed: bahasa Sunda). Menghalangi buat aku. Tidak bebas (bergerak),” tegasnya gusar.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"