KONTEKS.CO.ID – Sefalosporin merupakan antibiotik sesuai resep dokter untuk mengatasi infeksi bakteri. Pasien yang mengonsumsi antibiotik dalam kelas sefalosporin melalui oral atau injeksi, tergantung pada jenis infeksinya.
Umumnya, konsumsi antibiotik oral diresepkan dokter untuk mengatasi infeksi bakteri yang mudah ditangani, seperti radang tenggorokan akibat bakteri.
Sementara itu, ada juga yang mengkonsumsinya secara intravena untuk mengobati infeksi berat dan serius, seperti radang selaput otak (meningitis). Cara ini dapat bekerja pada jaringan yang terinfeksi dengan lebih cepat.
Melansir dari berbagai sumber, simak 5 pembagian jenis generasi sefalosporin.
1. Generasi pertama
Dokter memberi resep Antibiotik sefalosporin generasi pertama ini untuk infeksi kulit, infeksi tenggorokan, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, dan pneumonia. Beberapa contohnya yaitu Cephalexin, Cefadroxil dan Cephradine
2. Generasi kedua
Biasanya, Sefalosporin generasi kedua ini untuk mengatasi infeksi saluran pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
Selain itu, antibiotik generasi ini juga memungkinkan untuk mengatasi beberapa jenis infeksi lain, seperti infeksi telinga, sinus, saluran kemih, gonore hingga sepsis. Beberapa contoh antibiotik yang masuk ke golongan generasi kedua, yaitu Cefaclor, Cefuroxime dan Cefprozil
3. Generasi kedua
Generasi ketiga lebih aktif melawan bakteri yang sudah kebal terhadap dua generasi sefalosporin sebelumnya. Antibiotik yang masuk dalam generasi ketiga ini, yaitu Cefixime, Ceftibuten dan Cefpodoxime
4. Generasi keempat
Sefalosporin generasi keempat biasanya berdasarkan keluaran resep dokter untuk mengatasi infeksi berat atau penderita yang memiliki kelemahan sistem kekebalan tubuh. Contoh antibiotik generasi ini yaitu cefepime dan cefiderocol.
5. Generasi kelima
Generasi kelima ini termasuk dalam generasi maju, contohnya yaitu ceftaroline. Ceftaroline dapat melawan bakteri Staphylococcus aureus dan spesies Streptococcus yang kebal terhadap penisilin.
Efek samping sefalosporin yang patut diketahui
Setiap obat tentu memiliki efek samping dari penggunaannya. Beberapa yang umum terjadi pada pasien yang sudah mengkonsumsi antibiotik ini, antara lain:
- Pusing
- Sakit perut
- Mual dan Muntah
- Diare
- Infeksi jamur atau sariawan
Selain itu, penggunaan antibiotik ini juga berisiko memicu efek samping serius berupa infeksi bakteri Clostridium difficile. Infeksi ini umumnya terjadi setelah penggunaan antibiotik dalam jangka panjang.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"