KONTEKS.CO.ID – Pagi hari yang cerah di musim gugur. Penduduk kota Eisenach, Thuringian, Jerman bagian tengah, baru saja akan memulai aktivitasnya pada 4 November 2011. Tepat pukul 09.15 waktu setempat, dua orang pria terlihat mengayuh sepeda menuju sebuah bank di kota tua yang berada di kawasan perbukitan itu.
Tetapi ada yang janggal dalam penampilan mereka. Keduanya mengenakan celana panjang olahraga dan sepatu kets. Wajah salah seorang ditutupi topeng gorila, sementara satu lagi memakai topeng ghostface seperti dalam film ‘Scream’.
Kedua pria itu setengah berlari masuk ke dalam bank. Para karyawan bank yang tengah bersiap-siap menjalankan tugas pagi itu terkejut dengan kedatangan mereka berdua sembari menodongkan senjata api.
Salah seorang pria menghampiri manager bank dan memukulnya dengan gagang pistol hingga terluka. Ia lalu menyeret sang manajer menuju brankas penyimpanan uang nasabah. Aksi perampokan begitu cepat dan tak membuat petugas bank berkutik. Mereka berhasil kabur dengan mengayuh sepeda sambil membawa tas berisi uang senilai 72.000 Euro atau setara Rp845,2 juta (kurs euro saat itu Rp11.739).
Kantor polisi setempat mendapatkan laporan perampokan bank tersebut pada pukul 09.30 waktu setempat. Petugas kepolisian yang berpatroli di lapangan langsung mendapat perintah untuk mencari duo perampok bersepeda.
Sekitar 20 menit kemudian, seorang saksi mata melaporkan bahwa kedua perampok terlihat di parkiran toko perkakas sekitar setengah mil dari kantor bank. Saksi itu melaporkan, kedua pelaku tergesa-gesa memasukan dua sepeda ke dalam mobil van warna putih dan langsung tancap gas.
Berjam-jam polisi mencari mereka, tapi tidak menemukan jejak keberadaannya. Polisi menduga mereka akan kabur menuju kota Saxony, Dresden, Jerman bagian timur. Polisi menyebar untuk mengawasi jalan-jalan yang mengarah ke kota Chemnitz.
Neo Nazi yang Terpojok, Lalu Bunuh Diri
Karena polisi sudah memblokade jalanan ke luar kota, akhirnya perampok itu pun terpojok di suatu tempat, beberapa mil dari arah utara kantor bank yang mereka jarah. Polisi mengepung mereka yang masih berada di dalam mobil van warna putih. Polisi mencoba mendekati mobil van dengan penuh kesiap-siagaan.
Baru beberapa langkah mendekat, tiba-tiba terdengar letusan di dalam mobil. Letusan kedua kembali terdengar sehingga sejumlah polisi kembali berlindung di balik mobil dan bak sampah. Suara letusan terakhir terdengar seiring kepulan asap membumbung dari dalam dan mobil pun terbakar.
Polisi segera menghubungi dinas pemadam kebakaran yang segera datang ke lokasi. Begitu api padam, polisi hati-hati membuka pintu samping untuk melihat kondisi di dalam mobil. Nampak dua perampok sudah menjadi mayat di lantai mobil. Kepala kedua mayat luka tembak tertembus peluru dengan kulit hangus.
Polisi menduga salah seorang perampok menembak mati rekannya sendiri. Setelah itu membakar mobil, lalu mengakhiri hidupnya dengan cara menembak kepalanya sendiri. Di dalam mobil, polisi menemukan pistol Ceska CV-83 buatan Cekoslowakia, pistol Heckler & Koch (HK) P2000 buatan Jerman dan senapan serbu serta puluhan amunisinya.
Polisi mengidentifikasi kedua perampok itu sebagai Uwe Mundlos dan Uwe Bohnhardt. Keduanya buronan belasan kasus perampokan bank di Jerman. Perampokan yang membuat mereka tewas di mobil van putih adalah yang ke-15.
Selain itu, Mundlos dan Bohnhardt juga buronan kasus pembunuhan berantai yang dikenal dengan sebutan ‘Die Donermorde’ (pembunuhan kebab) di rentang waktu 2006-2011.
Kejahatan mereka ditulis oleh Jacob Kushner dalam buku “Look Away: a true Story of Murder, Bombings, and a Far-Right Campaign to Rid Germany of Immigrants” terbitan 2024. Mundlos dan Bohnhardt tercatat sebagai anggota kelompok sayap kanan di Jerman, Nationalsozialistischer Untergrund (NSU) atau Gerakan Bawah Tanah Sosialis Nasional, sebuah gerakan rasis Neo Nazi yang aktif sejak 2001-2010.
Trio Brutal Neo Nazi
Selain memburu Mundlos dan Bohnhardt, polisi Jerman juga memburu anggota lainnya, seorang perempuan bernama Beate Zschape. Polisi cepat menemukan identitas ketiganya, setelah mengenali pistol HK P2000 milik anggota polisi wanita bernama Michele Kiesewetter yang terbunuh saat bertugas di Heilbronn, sebelah utara kota Baden-Wurttemberg, pada 27 April 2007.
Mundlos, Bohnhardt, dan Beate Zschape hidup bersama dengan cara berpindah-pindah tempat dengan identitas palsu. Ketiganya merupakan bagian dari 100-150 orang anggota NSU. Pemerintah Jerman menstempel keberadaan mereka sebagai kelompok teroris yang bersenjata lengkap, identitas palsu, serta mendapatkan uang dengan cara merampok.
Mengutip The Guardian tahun 2016, empat hari setelah kematian Mundlos dan Bohnhardt, Beate Zshape menelepon polisi di kota Jena, Thuringian. “Beate Zschape di sini. Saya lah orang yang anda cari di sini,” kata Zschape. Awalnya pihak berwenang tak menghiraukan pentingnya panggilan tersebut. Setelah sadar, mereka pun melakukan pelacakan.
Mundlos, Bohnhardt, dan Zschape menyewa rumah flat di Fruhlingsstrase 26, Zwickau, yang berjarak sekitar 42 km dari kota Chemnitz, Dresden atau 180 km dari kota Eisenach, Thuringian. Namun rumah itu meledak dan terbakar sebelum polisi datang. Di tempat itu polisi menemukan berbagai senjata api, khususnya pistol Ceska CV-83 yang digunakan dalam aksi pembunuhan sejumlah warga imigran, serta bom TNT.
DVD Pink Panther Rekayasa Jadi Petunjuk
Polisi menemukan atribut Neo Nazi dan gambar foto Adolf Hitler dan lambang swastika. Menariknya, polisi juga menemukan DVD berisi cuplikan film serial kartun tahun 1960-an berjudul ‘Pink Panther’ hasil rekayasa kelompok NSU. Beberapa menit pertama, tokoh Pink Panther berjalan keliling kota sambil melihat poster bertuliskan ‘dukung negaramu’ dan ‘dukung rakyatmu’ dengan iringan lagu Henry Mancini.
Karakter tersebut mengebom sebuah toko kelontong. Kemudian video beralih ke cuplikan berita sebuah toko yang telah diserang dengan cara serupa di Cologne (Koln), pada 2001. Pink Panther bersantai di sofa dan menonton klip berita televisi tentang apa yang disebut dengan donermorde (pembunuhan kebab). Juga klip berita pembunuhan lainnya serta foto-foto korban yang mengerikan.
Mata Pink Panther berkaca-kaca seolah mengeluhkan lambannya masyarakat Jerman menyadari siapa dibalik penyerangan tersebut. Sementara suara narator menunjukan tanda di layar tentang titik-titik lokasi pembunuhan dan hasil kerja kelompok yang menamakan dirinya NSU.
Barang bukti tersebut menjadi temuan awal yang menghubungkan Mundlos, Bohnhardt, dan Zshape dengan 10 pembunuhan, 15 perampokan bank, dan tiga serangan bom. Empat hari kemudian, 8 November 2011, Beate Zschape menyerahkan diri ke polisi di Jena.
Rangkaian Kekejaman Trio Nazi
Hasil penyelidikan Tim Bosporus, tim khusus polisi, awalnya Mundlos, Bohnhardt, dan Zschape bergabung dengan kelompok neo-nazi Thuringia Heimatschuts atau Thuringia Home Guard (THS) yang berdiri pada 1994.
Mengutip dari laman NSU Watch Info, sejak remaja ketiganya bergabung dengan kelompok THS pimpinan Tino Brandt, seorang informan dinas rahasia. Tapi mereka melarikan diri setelah polisi menggerebek markas THS pada 1998. Mundlos, Bohnhardt, dan Zschape melarikan diri dengan identitas palsu atas dukungan anggota kelompok Neo Nazi lainnya, yakni THS dan Blood and Honor Saxonia.
Hampir 13 tahun keberadaan mereka tak terdeteksi selama tinggal di negara bagian Sachsen. Saat itulah ketiganya mendirikan organisasi teroris bernama NSU yang menargetkan pembunuhan kepada imigran asal Turki dan Yunani. Warga imigrin bagi mereka adalah ‘musuh bangsa Jerman’ dan bertujuan membuat ketakutan di kalangan komunitas imigran.
Korban pembunuhan terdiri dari delapan pria asal Turki dan Kurdi, satu pria asal Yunani, dan satu orang polwan asal Jerman. Pertama kali mereka membunuh Enver Simsek (18) di Nuremberg pada 2000. Masih di kota yang sama, mereka membunuh Abdurrahman Ozudogru pada 2001. Di tahun yang sama mereka membunuh Suleyman Tsakopru di Hamburg, Habil Kilici di Munich.
Mehmet Turgut tewas terbunuh di Rostock pada 2004. Pada 2005, mereka membunuh Ismail Yaser di Nuremberg, Theodoros Boulgarides di Munich. Pada 2006, mereka membunuh Mehmet Kusbasik di Dortmund dan Halit Yozgat di Kassel. Mereka memilih target secara acak dengan profesi sebagai pemilik toko kelontong dan bisnis kecil. Semua korban dieksekusi menggunakan pistol berperedam yang sama, Ceska 83.
Korban terakhir terjadi pada 2007, yaitu Michele Kieswetter, seorang polwan di Heilbronn. Ia ditembak mati ketika tengah makan siang bersama seorang rekan polisi di dalam mobil patrolinya. Michele tewas dengan luka di bagian kepala, sementara temannya mengalami luka parah. Para pelaku tidak menggunakan pistol Ceska 83, tapi senjata yang berbeda, juga merebut pistol korbannya.
Sidang Terpanjang di Jerman
Kelompok Neo Nazi NSU juga menyerang para imigran dengan bom paku. Serangan bom pertama terjadi di bar milik orang Turki di Nuremberg pada 23 Juni 1999. Serangan kedua terjadi pada 19 Januari 2001 di Kholn, North Rhine-Westphalia. Bom itu mereka sembunyikan di dalam kotak kue Natal yang ada di toko kelontong milik pasangan suami istri asal Iran.
Bom itu meledak ketika anak pasangan suami istri itu membuka kotak kue Natal. Mereka mengalami luka bakar di bagian wajah, tapi nyawanya masih selamat. Bom terakhir terjadi di tempat pangkas rambut milik orang Kurdi di Keupstrase, Kohln pada 9 Juni 2004. Bom paku di atas sepeda itu meledak dan melukai sekitar 23 orang.
NSU total melakukan 15 perampokan terhadap bank, kantor pos dan supermarket antara 1998-2011. Hasil rampokan digunakan untuk membiayai operasional organiasai teroris mereka. Selebihnya uang hasil rampokan digunakan oleh Mundlos, Bohnhardt, dan Zschape untuk foya-foya, liburan dan olahraga mahal.
Setelah Zschape menyerahkan diri, perempuan ini menjalani pemeriksaan dan penahanan oleh tim kejaksaan federal atau Generalbundesanwalt (GBA), dan polisi kriminal federal atau Bundeskriminalamt (BKA). Zschape baru disidangkan pertama kali di Pengadilan Tinggi Regional Munich pada 13 Mei 2013.
Sidang kasus itu berlangsung selama lima tahun hingga 2018. Selama itu pengadilan menggelar 437 sidang dengan 600-an orang saksi. Sidang itu merupakan sidang terpanjang dalam sejarah pengadilan di Jerman. Pengadilan baru menjatuhkan vonis hukuman penjara seumur hidup kepada perempuan kelahiran 1975 itu pada 11 Juli 2018.
Selama mengajukan banding, penahanan Zschape berpindah dari LP Munich ke LP Chemnitz. Pengadilan Federal menolak banding Zcshape pada 19 Agustus 2021. Begitu pun Mahkamah Konstitusi Federal di Karisruhe menolak permohonan kasasi perempuan yang kini berusia 47 tahun itu pada 30 September 2022.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"