KONTEKS.CO.ID – Sebuah tragedi yang menyisakan tanda tanya besar bagi penegakan hukum kembali menarik perhatian publik. Kasus pembunuhan Akseyna pada 26 Maret 2015, telah menjadi simbol dari inkonsistensi. Juga ketidakpastian polisi dalam penanganan terhadap kasus kriminal yang menggemparkan.
Awalnya, pada tanggal 8 April 2015 polisi menyimpulkan kematian Akseyna adalah bunuh diri. Hal itu berdasarkan penemuan surat wasiat. Namun, terjadi banyak kejanggalan dalam penyelidikan hingga membuat banyak meragukan kesimpulan tersebut.
Pada tanggal 4 Mei 2015, polisi tiba-tiba mengubah status kasus Akseyna menjadi pembunuhan. Namun, polisi tak memberikan penjelasan yang memuaskan tentang perubahan status tersebut.
“Masih penyelidikan, belum berani diumumkan sekarang,” ujar Kapolres Depok, Ahmad Subarkah kepada wartawan, Senin, 4 Mei 2015 lalu.
Kisruh dalam penanganan kasus ini semakin memuncak. Pada tanggal 6 Mei 2015, Kapolres Depok, Ahmad Subarkah menyatakan bahwa media telah salah memahami perkataannya. Kata dia, kepolisian belum bisa memastikan apakah kasus ini merupakan bunuh diri atau pembunuhan.
Kejelasan mengenai status kasus ini kemudian baru jelas pada tanggal 28 Mei 2015. Dirkrimum Polda Metro Jaya secara resmi menyatakan kasus Akseyna adalah pembunuhan.
“Dari hasil gelar perkara yang diduga kasus pidana, Dirkrimum dan Kapolres Depok telah menganalisa dan mendapat kesimpulan Akseyna Ahad Dori tidak bunuh diri,” ujar Muhammad Iqbal, Kabid Humas Polda Metro Jaya, kepada wartawan, Kamis, 28 Mei 2015 lalu.
Penyelidikan yang Terhenti
Pada konferensi pers di Polda Metro Jaya pada tanggal 4 Juni 2015, polisi menduga Akseyna terseret dan memasukkannya ke danau dalam keadaan tidak sadar. Hal itu terlihat dengan tanda-tanda penganiayaan yang jelas terlihat pada tubuhnya. Namun, upaya penyelidikan selanjutnya sering terhenti dan mengalami kemunduran, meninggalkan keluarga Akseyna dalam kebingungan dan ketidakpastian yang tak terhingga.
Pada bulan Desember 2015, pihak kepolisian mengklaim telah menemukan barang-barang milik terduga pelaku pembunuhan di dasar Danau Kenanga, tempat dimana jasad Akseyna ditemukan. Namun, pada bulan Agustus 2016, mereka mengakui bahwa terdapat kesalahan prosedur dalam penanganan kasus di tempat kejadian perkara yang mungkin telah mengganggu integritas bukti-bukti yang ada.
Pada Oktober 2016, meskipun terdapat nama terduga pelaku, polisi mengaku belum ada bukti yang cukup. Hal ini semakin memperparah keadaan, sementara keluarga Akseyna terus berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi putra mereka yang telah menjadi korban kekejaman tak berperikemanusiaan.
Bahkan usai polisi melakukan olah tempat kejadian perkara ulang pada Februari 2020, dan upaya keluarga yang mengirimkan surat kepada Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo pada Maret 2022 juga belum menemui titik terang.
Janji pembentukan tim khusus oleh Kompolnas dan kepolisian pada Oktober 2022 menawarkan sedikit harapan. Namun hingga kini, belum ada tindak lanjut yang nyata.
“Terakhir bertemu dengan Kompolnas dan Kepolisian Oktober 2022 dan dijanjikan akan dibuat tim khusus untuk investigasi, serta akan diinformasikan tentang hasil gelar perkara dan hasil scientific investigation. Tapi sampai sekarang belum ada update, kami juga belum berhasil dapat info apakah tim investigasi ini sudah dibentuk atau belum,” ujar Arfi, kakak Akseyna kepada konteks.co.id pada Kamis, 27 Maret 2024.
Inkonsistensi Pengungkapan Kasus
Sementara, Kapolres Depok telah beberapa kali berganti. Janji-janji untuk mengungkap kebenaran dalam kasus ini tampaknya hanya menjadi retorika belaka.
Inkonsistensi dan kegagalan dalam menangani kasus ini telah menjadi cerminan ketidakpastian dalam sistem hukum yang seharusnya menjamin keadilan bagi semua. Namun dalam kasus Akseyna, keadilan tampaknya jauh panggang dari api.
Keluarga Akseyna terus menyuarakan kasus ini. Tidak hanya sebagai upaya untuk mencari kebenaran, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang mereka alami.
Mereka tidak akan berhenti berjuang hingga keadilan benar-benar terwujud. Meskipun, rasa sakit dan putus asa telah menjadi teman setia dalam perjalanan panjang mencari kebenaran di balik kematian tragis putra tercinta.(Laporan Grace Ekklesia Noel – Jurnalis Magang)
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"