KONTEKS.CO.ID - Film animasi Panji Tengkorak membawa kembali kisah tragis pendekar bertopeng tengkorak yang lahir dari komik silat legendaris karya Hans Jaladara.
Pertama kali terbit pada tahun 1968, karakter ini dikenal melalui perpaduan unsur aksi, fantasi, dan kisah moral yang kelam.
Panji Tengkorak merupakan sebuah warisan budaya pop Indonesia yang kini dihidupkan kembali dengan visual modern dan sinematografi megah.
Baca Juga: Waspada Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Traveler Jangan Sembrono saat Berwisata
Kisah Tragis dan Kutukan Abadi
Panji adalah pendekar yang terpuruk setelah istrinya tewas dalam pertempuran.
Terbakar dendam, ia menyerahkan dirinya pada kekuatan jahat demi membalas kematian sang istri.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan, Panji justru terjebak dalam kutukan ilmu hitam yang membuatnya abadi dalam penderitaan.
Dalam pengembaraannya, ia bertemu seorang pendekar tua yang mengutusnya mengejar pencuri pusaka sakti, satu-satunya benda yang diyakini mampu memutus kutukan tersebut.
Perjalanan ini menyeret Panji ke dalam konflik besar antara dua kerajaan sekaligus membongkar masa lalunya yang penuh rahasia.
Disutradarai Daryl Wilson, Panji Tengkorak memadukan unsur laga, mitologi, dan drama emosional.
Daryl menyebut proyek ini bukan sekadar adaptasi, tapi penghormatan terhadap karya Hans Jaladara.
"Kami ingin generasi muda mengenal sosok Panji dan memahami kompleksitas emosinya," ujar Daryl.
Soundtrack Bunga Terakhir Dibawakan Iwan Fals dan Isyana
Untuk memperkuat kedalaman emosi cerita, produser Frederica mempercayakan lagu 'unga Terakhir' ciptaan Bebi Romeo kepada Iwan Fals dan Isyana Sarasvati.