KONTEKS.CO.ID – Film Thailand berjudul How To Make Millions Before Grandma Dies tengah menjadi perbincangan hangat.
Disutradarai oleh Pat Boonnitipat, film How To Make Millions Before Grandma Dies ini telah ditonton oleh lebih dari 500 ribu orang di Indonesia.
Mengangkat tema keluarga yang emosional, film How To Make Millions Before Grandma Dies ini berhasil mengajak penonton merenungkan makna hubungan keluarga dan kesendirian.
Sinopsis dan Alur Cerita Film How To Make Millions Before Grandma Dies
Film ini berkisah tentang M (diperankan oleh Billkin Putthipong Assaratanakul), seorang pemuda yang memutuskan berhenti sekolah di tahun keempat demi mengejar mimpi menjadi game caster.
Namun, kenyataan tidak seindah harapan. M kemudian berencana untuk mendapatkan warisan jutaan dolar dengan merawat neneknya, Amah (diperankan oleh Usha Seamkhum), yang mengidap kanker stadium 4.
Ide untuk merawat Amah muncul setelah M terinspirasi dari sepupunya, Mui (Tontawan Tantivejakul), yang berhasil mendapatkan warisan dari merawat kakeknya yang sudah meninggal dunia.
Namun, upaya M mengambil hati Amah tidaklah mudah. Amah adalah sosok yang mandiri, menuntut, dan sulit untuk merasa puas. Perjuangan M semakin rumit ketika harus bersaing dengan anak-anak kesayangan sang nenek.
Tema dan Pesan
Film ini menyajikan berbagai tema mendalam tentang hubungan keluarga dan kesendirian. Bagaimana rasanya hidup sendiri di usia tua? Bagaimana jika anak-anak kita mengecewakan?
Pertanyaan-pertanyaan ini muncul saat melihat sisi rapuh Amah di balik penampilannya yang keras dan mandiri.
Meski film ini berangkat dari sudut pandang M sebagai cucu, penonton juga diajak melihat dunia melalui perspektif Amah.
Film ini menyoroti hubungan antar anggota keluarga dengan cakupan yang luas.
Mulai dari hubungan anak ke orang tua, kakak ke adik, menantu ke mertua, hingga antar sepupu.
Setiap hubungan antar adegan dan dialog yang cukup untuk membuat penonton memahami dan bersimpati dengan kejadian yang menimpa para tokoh di film tersebut.
Momen Emosional dan Realisme
Film ini cocok untuk mereka yang mencari tontonan emosional.
Meski banyak momen sedih, film ini tidak memaksa penonton untuk menangis melalui tangisan para karakternya.
Sebaliknya, film ini menyentuh perasaan dengan adegan-adegan realistis yang mungkin dekat dengan pengalaman penonton, terutama mengingat budaya Thailand yang mirip dengan Indonesia.
Dalam durasi dua jam lima menit maka film ini sukses membawa penonton terhanyut dalam cerita dan perkembangan karakter utamanya.
M yang awalnya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya lalu perlahan berubah menjadi sosok yang peduli dan penyayang di paruh akhir film.
Perkembangan karakter M terasa mulus dan alami, dengan penonton mendapat ruang untuk melihat pertumbuhannya melalui adegan-adegan kecil bersama Amah.
Di sisi lain, Amah yang awalnya terrgambarkan sebagai sosok tegar dan mandiri kemudian perlahan tidak berdaya karena penyakit kankernya.
Perubahan fisik Amah tergambar dengan meyakinkan, membuat penonton turut merasakan penderitaannya.
Film ini merupakan salah satu film keluarga terpopuler tahun ini.
Dengan cerita yang solid dan jajaran pemain yang luar biasa, film ini mengandung bahan renungan bagi kita.
Untuk menjalani berbagai peran di dunia, baik sebagai anak, orang tua, kakak, adik, nenek, maupun cucu.
Film ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga pesan-pesan mendalam tentang cinta, pengorbanan, dan hubungan keluarga.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"