Bumbu Masak dan Rempah Topang Ekspor Indonesia
KONTEKS.CO.ID – Perkembangan industri makanan dan minuman (mamin) berimbas terhadap nilai ekspor. Pada Januari-September 2022, kiriman keluar negeri produk industri mamin mencapai USD35,99 miliar. Ini meningkat pesat dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar USD12,76 miliar.
Selain itu, investasi pada industri mamin pada Triwulan II – 2022 mencapai Rp41,37 triliun, dan mampu menyerap tenaga kerja tidak kurang dari 5,5 juta orang. Hal tersebut diungkapkan Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika di Jakarta, Senin 28 November 2022.
Salah satu produk yang banyak diminati adalah bumbu masakan dan rempah. Oleh karena itu kementerian mendorong pelaku usaha di industri tersebut untuk meningkatkan ekspor dua bahan itu dengan program “Spice Up the World” dan pengembangan restoran Indonesia di luar negeri. Adapun target program tersebut hingga tahun 2024 yaitu peningkatan nilai ekspor bumbu dan rempah menjadi USD2 miliar serta hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri.
Industri cooking aid (bumbu masak) seperti kecap, sambal, saus tomat dan bumbu masakan merupakan salah satu jenis yang yang memiliki neraca perdagangan positif. Pada tahun 2022 (Januari-September), ekspor cooking aid Indonesia mencapai USD175,8 juta, sementara impor produk sejenis senilai USD90,5 juta. Saat ini Indonesia masih berada di posisi ke-15 untuk negara eksportir cooking aid di dunia.
Untuk menambah kapasitas produksi, Heinz ABC Indonesia resmi mengoperasikan pabrik barunya di Karawang, Jawa Barat pada Senin 28 November dengan nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun untuk line produksi di Karawang Plant. Dengan penambahan investasi tersebut, total investasi di Karawang Plant menjadi Rp2 triliun.
Sekjen Kemenperin Dody Widodo mengatakan pemerintah mengapresiasi upaya Heinz ABC Indonesia menggunakan bahan baku berasal dari dalam negeri yang bekerja sama dengan para petani di daerah.
Dody menambahkan, pemerintah juga terus mendorong peningkatan inovasi produk cooking aid yang turut memopulerkan citarasa khas Indonesia ke luar negeri.
Head of Operation Kraft Heinz Indonesia & Papua Nugini, Prasetyo Kismono menjelaskan, upaya perusahaan dalam menerapkan komitmen triple zero telah mampu mengurangi emisi hingga 60% dengan mengganti penggunaan batu bara menjadi sekam padi untuk boiler. Perusahaan juga telah memasang solar panel yang mampu memproduksi kebutuhan listrik hingga 100% (pada siang hari), dengan kapasitas mencapai 3,2 megawatt. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"