KONTEKS.CO.ID – Dalam perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 49 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 65 poin dilevel Rp. 15.722 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.672.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sentimen tersebut diakibatkan faktor domestik China, “protes pembatasan aktivitas akibat covid-19 di China mengakibatkan protes menyebar diberbagai kota, termasuk Shanghai salah satu kota besar di China.”
Selain itu juga potensi gelombang pembangkangan sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara di mana protes langsung jarang terjadi akibat meningkatnya kasus COVID, serta menanti bagaimana Beijing akan bereaksi terhadap situasi tersebut. “Ini membuat investor gelisah,” tambahnya.
Pada hari Jumat, People’s Bank of China (PBOC), bank sentral negara tersebut, mengatakan akan memangkas rasio persyaratan cadangan (RRR) untuk bank sebesar 25 basis poin (bps), efektif mulai 5 Desember.
Perkembangan terbaru di China telah menghentikan penurunan dolar AS, yang telah melemah selama beberapa minggu terakhir di tengah harapan bahwa Federal Reserve akan segera memperlambat laju kenaikan suku bunganya.
Ibrahim mengatakan faktor yang membuat kejatuhan Rupiah tidak terlalu dalam karena dunia usaha optimis Indonesia jauh dari risiko resesi di tahun 2023, karena ketergantungan Indonesia kepada luar negeri relatif kecil.
Itu terbukti dari ekspor & impor rendah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Walau terjadi tren perlambatan ekonomi, namun secara umum, ekonomi Indonesia lebih tinggi dari ekonomi negara lain.
Pasar Keuangan Indonesia kembali bergairah, karena investor asing menempatkan dananya di Tanah Air. Berdasarkan data transaksi 21 – 24 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik terjadi inflow sebesar Rp11,71 triliun.
Dengan kondisi tersebut, selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 24 November 2022, nonresiden jual neto Rp165,71 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp75,40 triliun di pasar saham.
Sementara itu, premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 98,52 bps per 24 November 2022 dari 108,61 bps per 18 November 2022. Hal ini mengindikasikan risiko berinvestasi di Indonesia mengalami penurunan.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.700 – Rp. 15.770,” tutupnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"