KONTEKS.CO.ID – Defisit APBN 2024. Sepanjang semester pertama tahun 2024 (I-2024), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp77,3 triliun.
Artinya APBN selama enam bulan terakhir sudah tekor 0,34% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dengan demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, memprediksi, defisit sampai akhir 2024 terproyeksikan di kisaran 2,70% terhadap PDB. Atau melebar dari target APBN 2024 sebesar 2,29%.
“Proyeksi APBN 2024 sudah kami lihat di semester I dari sisi penerimaan ada penurunan. Khususnya dari PPh Badan yang berbasiskan komoditas, harga batubara turun. Begitu juga harga nikel,” ujar Menkeu saat wartawan temui di Gedung DPR, Senin 8 Juli 2024.
Lebih lanjut ia mengatakan, ini terpicu faktor domestik dan global yang menciptakan kondisi ketidakpastian ekonomi. Imbasnya, terjadi fluktuasi nilai tukar yang membutuhkan kebijakan fiskal sebagai stimulus agar tidak berdampak terlalu dalam kepada konsumsi masyarakat.
Tertambah lagi, sambung Sri Mulyani, defisit APBN hingga akhir 2024 terpengaruhi oleh koreksi penerimaan negara pada semester satu.
Kementerian Keuangan mencatat, penerimaan negara sebesar Rp1.320,7 triliun. Artinya ada penurunan 6,2% terbandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Menkeu, mencermati dinamika dan prospek ekonomi global dan domestik di tahun ini, outlook pendapatan negara terprediksi sebanyak Rp2.802,5 triliun atau tumbuh 0,7% secara tahunan (year on year/yoy).
Penerimaan itu terpengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang terjaga dan positif. Lalu implementasi reformasi perpajakan, peningkatan dividen BUMN, serta peningkatan layanan Kementerian/Lembaga.
Indonesia masih bisa mengandalkan yang komoditi berbasis CPO. “CPO masih profitable, teapi profitnya menurun dan ini membuat penerimaan pajak PPh dan PPn menurun,” sebutnya.
Di sisi lain, outlook belanja negara 2024 terperkirakan Rp3.412,2 triliun atau 102,6% dari pagu APBN 2024. Hal itu sejalan peran APBN sebagai shock absorber untuk terus menjaga momentum pertumbuhan. Sekaligus melindungi daya beli dan mendukung pencapaian target utama dalam pembangunan nasional. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"