KONTEKS.CO.ID – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) menghadapi tantangan berat untuk menjadi pemain utama di industri perbankan syariah.
BTN sedang dalam proses melepas unit usaha syariahnya (UUS), BTN Syariah, menjadi Bank Umum Syariah (BUS) mandiri.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, mengatakan, dua letter of interest (LOI) telah terkirimkan kepada dua bank bersyariat Islam. Yaitu PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) dan PT Bank Victoria Syariah (BVS) untuk BTN akuisisi.
Potensi Akuisisi Bank Muamalat dan Victoria Syariah
Nixon menjelaskan mengakuisisi bank syariah merupakan cara tercepat untuk spin-off sebelum tenggat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2026.
Aset Bank Muamalat tercatat sebesar Rp64,9 triliun pada kuartal I-2024, sementara aset BTN Syariah pada periode yang sama sebesar Rp54,84 triliun.
Jika merger dengan BMI terjadi, asetnya akan mencapai Rp119,74 triliun, menjadikan BTN sebagai bank syariah terbesar kedua setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dengan aset Rp357,90 triliun.
Namun, rencana ini menemui banyak kendala, termasuk penolakan dari DPR dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Proses due diligence juga terhenti, dengan harga akuisisi BMI yang mencapai Rp10 triliun teranggap terlalu mahal.
Akibatnya, mereka kini beralih ke BVS, dengan proses due diligence mereka targetkan selesai bulan Juni. Dan proposal akuisisi BTN ajukan bulan September mendatang.
Nilai akuisisi BVS sebesar Rp1,7 triliun jauh lebih kecil, tapi asetnya hanya Rp3,12 triliun.
Dampak dan Tanggapan BTN Syariah Akuisisi BVS
Jika mereka menggabungkan asetnya dengan BVS, asetnya hanya akan mencapai Rp57,96 triliun, masih di bawah BMI dan UUS PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).
Pengamat perbankan menilai akuisisi BVS tidak strategis dan tidak akan menambah market share industri perbankan syariah nasional yang hanya sekitar 7,4%.
Yusuf Wibisono dari Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan Doddy Ariefianto dari Bina Nusantara (BINUS) menyarankan mengakuisisi BMI. Ini akan lebih menguntungkan dan memperkuat posisi BTN sebagai pesaing utama BSI.
Yusuf menambahkan bahwa penggabungan aset BMI dan BTN Syariah yang relatif seimbang akan membantu ekspansi kedua bank. Sekaligus memperkuat ekosistem perbankan syariah di Indonesia. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"