KONTEKS.CO.ID – Jepang selaku pemegang saham dalam proyek migas Sakhalin 1 di Rusia timur akan mempertahankan saham mereka dalam proyek tersebut dengan bergabung bersama operator baru Rusia yang baru-baru ini didirikan berdasarkan dekrit presiden Rusia. Demikian diungkapkan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Yasutoshi Nishimura kepada media. Ia menekankan proyek tersebut tetap menjadi sumber energi vital bagi sumber daya Jepang yang menipis.
Pemerintah dan perusahaan Jepang, termasuk perusahaan perdagangan besar Itochu Corp dan Marubeni Corp, telah berinvestasi dalam proyek tersebut melalui Sakhalin Oil and Gas Development Co yang berbasis di Tokyo. Jika pihak Rusia menyetujui rencana perusahaan yang diputuskan pada rapat pemegang saham, Jepang akan mampu mempertahankan sahamnya dalam proyek. Langkah itu dilakukan di tengah sanksi internasional terhadap Rusia atas operasio militer khususnya ke Ukraina.
“Sementara Jepang bergantung pada Timur Tengah untuk lebih dari 90 persen impor minyak mentahnya, Sakhalin 1 adalah proyek yang sangat penting sebagai sumber alternatif di luar Timur Tengah,” kata Nishimura kepada wartawan, sebagaimana dilaporkan Kyodo News.
Pengembangan Minyak dan Gas Sakhalin memegang 30 persen saham dalam proyek tersebut, yang mulai memproduksi minyak mentah di pulau Sakhalin, utara Jepang, pada tahun 2005. Berdasarkan keputusan yang ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin, mitra bisnis asing memiliki waktu satu bulan sejak peluncuran. Dan operator baru pada Oktober akan memutuskan apakah akan berinvestasi di perusahaan baru atau tidak.
Tsuyoshi Hachimura, wakil presiden eksekutif Itochu, mengatakan pada konferensi pers tentang laporan pendapatannya bahwa ia akan bergabung dengan perusahaan operasi baru Sakhalin 1 dari perspektif keamanan energi sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Pemerintah telah mengindikasikan Jepang, yang sangat bergantung pada impor energi, akan mempertahankan sahamnya di proyek energi Sakhalin 1 dan 2, meskipun memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Exxon Mobil Corp dari Amerika Serikat, pemegang saham terbanyak di Sakhalin 1, mengumumkan penarikannya dari proyek tersebut pada bulan Maret. Rusia telah mengizinkan investasi oleh rumah dagang Jepang Mitsui & Co. dan Mitsubishi Corp. di Sakhalin 2, sementara perusahaan minyak utama Inggris Shell PLC, yang memegang sekitar 27,5 persen saham di perusahaan sebelumnya, keluar dari proyek tersebut. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"