KONTEKS.CO.ID – Rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), mendorong kekhawatiran di pasar keuangan Indonesia.
Pelemahan ini terpicu oleh berbagai faktor, termasuk kembalinya penguatan dolar AS dan respon positif terhadap pidato para pejabat The Federal Reserve (The Fed).
Pada pembukaan perdagangan hari Rabu, 8 Mei 2024, Rupiah terbuka melemah 0,25% di level Rp16.080/USD, menurut data Refinitiv.
Hal ini menandai kelanjutan dari tren pelemahan yang terjadi sebelumnya, setelah rupiah melemah 0,12% di level Rp16.040/USD pada penutupan perdagangan Selasa, 7 Mei 2024.
Pelemahan rupiah sejalan dengan menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,11% di level 105,44 pada perdagangan Selasa.
Indeks dolar AS menguat setelah pidato dari pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang memberikan optimisme bagi pasar keuangan AS.
Presiden The Fed, Richmond Thomas Barkin menyatakan kebijakan moneter saat ini cukup ketat dan telah membawa inflasi dalam target tahunan The Fed sebesar 2%.
Sementara itu, Presiden The Fed New York, John Williams juga menyatakan, kondisi moneter saat ini cukup untuk menurunkan inflasi.
Investor pun meningkatkan taruhan mereka pada penurunan suku bunga di September, dengan peluang sebesar 48% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan tersebut.
Pelemahan rupiah telah mendorong Bank Indonesia untuk melakukan intervensi besar-besaran di pasar, termasuk pasar spot dan pasar forward domestik (DNDF), serta pasar surat berharga negara (SBN).
Meskipun posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 masih relatif tinggi, tetapi penurunan nilai rupiah telah menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas mata uang dan perekonomian nasional.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"