KONTEKS.CO.ID – Rupiah mengalami tekanan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Serangan Iran ke Israel baru-baru ini makin memperburuk keadaan tersebut.
Hal ini menyebabkan pasar keuangan bergejolak, dengan mata uang Indonesia melemah ke titik terendah dalam empat tahun.
Dalam upaya untuk memperkuat nilai tukar rupiah, pemerintah Indonesia mendorong eksportir untuk lebih maksimal dalam menyimpan devisa hasil ekspor di dalam negeri.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menggarisbawahi pentingnya memperkuat pasokan cadangan devisa (cadev) domestik. Ini sebagai langkah untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan pasar global.
”Kami mengimbau seluruh devisa hasil ekspor (DHE) kita dari para eksportir agar dibawa pulang ke Indonesia. Ini memang sudah sesuai aturan kalau DHE, harus ditaruh di dalam negeri untuk waktu lebih panjang,” kata Suahasil dalam konferensi pers, Kamis 18 April 2024.
Saat ini, kebijakan pengetatan moneter di Amerika Serikat dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah telah menjadi faktor utama melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Pemerintah telah mengatur secara resmi devisa hasil ekspor harus disimpan di dalam negeri sejak Agustus 2023, sesuai dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
Aturan tersebut mensyaratkan pelaku ekspor sektor sumber daya alam, seperti pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan, wajib menyimpan minimal 30 persen dari devisa mereka di dalam sistem keuangan domestik. Periodenya minimal tiga bulan.
Meskipun demikian, implementasi aturan tersebut masih belum optimal. Pasokan cadangan devisa yang berasal dari hasil ekspor belum cukup kuat untuk menopang nilai tukar rupiah di tengah gejolak pasar keuangan.
Suahasil berharap agar lebih banyak eksportir bersedia menyimpan devisa hasil ekspor mereka di dalam negeri.
Lantas sebagai insentif, pemerintah akan memberikan pembebasan pajak atas bunga deposito bagi eksportir yang melakukan penyimpanan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Jaga Cadangan Devisa Redam Pelemahan Rupiah
Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menekankan pentingnya menjaga cadangan devisa Indonesia yang saat ini masih relatif kuat.
Hal itu sebagai langkah untuk meredam pelemahan rupiah lebih lanjut.
”Para pemimpin dunia statement-nya relatif sama, yaitu mau menghindari eskalasi. Jadi, tentu secara geopolitik relatif saat ini belum ada apa-apa. Kita masih menunggu perkembangan, tetapi kalau belum ada apa-apa, kita juga tenang-tenang saja. Kita tidak perlu merespons hal yang belum terjadi,” kata Airlangga.
Selain itu, pemerintah juga berencana untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan eksportir dalam memarkir devisa mereka di dalam negeri.
Meskipun terdapat potensi eskalasi konflik di Timur Tengah, pemerintah tetap berupaya menenangkan pasar dan memastikan fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat.
Sebelumnya, penilaian dari lembaga pemeringkat utang Moody’s menunjukkan, ketahanan ekonomi Indonesia masih terjaga, dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Pasar keuangan global memang mengalami tekanan, namun Indonesia relatif dapat bertahan. Meski demikian, menjaga kepercayaan investor domestik menjadi kunci untuk mencegah aliran modal keluar dari Indonesia.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"