KONTEKS.CO.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa perekenomian dunia masih belum mengalami perbaikan. Bahkan dapat diistilahkan dalam kondisi ringkih atau rentan.
“Artinya dunia masih dalam posisi yang cukup ringkih atau rentan,” ujar Sri Mulyani saat konferensi pers APBN kondisi Januari pada Kamis, 22 Februari 2024.
Hal ini disampaikan Sri Mulyani saat menyampaikan aktivitas manufaktur berbagai dunia yang melemah.
Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur mayoritas negara juga masih di level kontraksi.
Menurut Sri Mulyani, hanya 22,7% negara yang disurvei PMI Manufaktur yang kondisinya telah mengalai pemulihan angka indeksnya, yakni di atas 50. Negera tersebut adalah Amerika Serikat, Korea Selatan, Vietnam, Australia, dan Brazil.
Sementara Indonesia indeksnya masih ekspansif atau di atas 50, bersama Filipina, India, Tiongkok, Meksiko, dan Rusia.
Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa tren harga komoditas yang masih mengalami moderasi atau perlemahan masih berlanjut pada tahun 2024.
“Sesuai dengan prediksi bahwa perkembangan perekonomian global yang melemah menyebabkan permintaan juga mulai mengalami perlemahan,” katanya.
Hal ini menyebabkan level atau tingkat harga dari berbagai komoditas. Harga minyak masih tinggi karena dipengaruhi ketegangan di Gaza dan Laut Merah.
Harga gas masih mengalami koreksi sebesar 37,9 persen. Harga batu bara Indonesia menurun sebesar 18,5 persen. CPO mengalami sedikit kenaikan 1,1 pada tahun 2024.
“Berbagai harga pangan seperti gandum dan kedelai, semua masih semuanya masih mengalami koreksi pada Januari ini,” katanya.
“Harga besar di sisi lain justru mengalami kenaikan. Pada bulan Januari mengalami kenaikan pada 5,9 persen kenaikan,” katanya.
Menurut Sri Mulyani, perlemahan global dan tren harga komoditas yang melemah ini harus diwaspadai. Karena ini akan mempengarhui kinerja perekonomian Indonesia.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"