KONTEKS.CO.ID – Dunia memasuki periode kegelapan di 2023, inflasi tinggi, resiko stagflasi dan meningkatnya pengangguran turut menambah beban. Dalam menghadapi situasi global yang tidak pasti, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memiliki tips agar Indonesia tidak mengalami kekurangan pangan.
“Saya di rumah menanam cabai, bawang. Paling tidak buat kebutuhan kami dan cucu. Jadi kalau kita semua lakukan itu, kita tidak akan kekurangan,” kata Luhut kepada awak media beberapa waktu lalu.
Dua komoditas ini memiliki pengaruh kuat ke angka inflasi Indonesia. Jika melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari-Juli 2022, andil inflasi terbesar berasal dari komoditas pangan, yakni cabai merah (0,41 persen) dan bawang merah (0,30 persen). Bahkan pada Juli 2022, inflasi secara year on year mencapai 4,94 persen. Bahkan penyumbang inflasi tertinggi di Juli, diakibatkan gejolak harga cabai yang berkontribusi 0,15 persen, diikuti bawang merah.
Sejak dahulu, dua komoditas ini masuk komponen volatile goods. Selain itu, di luar volatile goods yang juga sering disebut volatile foods, inflasi juga dipengaruhi dua komponen seperti barang-barang yang harganya diatur pemerintah (administered price inflation) seperti BBM dan tarif listrik. Dan kelompok inti (core inflation), yakni harga barang dan jasa di luar pangan serta energi.
Luhut menyadari sulitnya mematok stabilitas harga cabai dan bawang, untuk menjinakkan inflasi. “Kita ini kampungan juga. Kalau dilihat inflasi pokok kita hanya 2,84 persen karena harga cabai dan bawang merah ini mempengaruhi inflasi,” ujar Luhut beberapa bulan lalu. Bahkan ia mengusulkan pada presiden agar semua desa menanam tanaman cabai dan bawang agar inflasi bisa dikendalikan dikisaran 4 persen. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"