KONTEKS.CO.ID – 5 dampak utama China beri sanksi dua produsen senjata AS Lockheed Martin dan Raytheon. Untuk penyebabnya dapat disimak dalam artikel berikut.
5 dampak utama China beri sanksi dua produsen senjata AS Lockheed Martin dan Raytheon, karena menyediakan senjata ke Taiwan.
Dua perusahaan produsen senjata itu akan dilarang mengimpor barang ke China dan berinvestasi di China.
China memberlakukan sanksi perdagangan dan investasi terhadap Lockheed Martin dan satu unit Raytheon pada Kamis 17 Februari 2023, dan mengatakan langkah itu karena mereka memasok senjata ke Taiwan.
Beijing telah meningkatkan upaya untuk mengisolasi Taiwan yang diklaimnya sebagai bagian dari wilayah China.
Hubungan bilateral China dengan AS juga tegang akhir-akhir ini di tengah penembakan beberapa balon yang menurut AS sedang melakukan operasi spionase.
Lockheed Martin dan Raytheon Missiles and Defense, bagian dari Raytheon Technologies Corp. yang lebih luas, ditambahkan ke daftar perusahaan “entri yang tidak dapat diandalkan” yang aktivitasnya dibatasi karena dapat membahayakan kedaulatan nasional, keamanan, atau kepentingan pembangunan.
Tindakan apa yang dihadapi produsen persenjataan AS?
Kementerian Perdagangan China mengumumkan sanksi tersebut dan mengatakan bahwa akan ada lima bidang sebagai dampak utama seperti dilaporkan DW:
1.Perusahaan akan dilarang mengimpor dan mengekspor ke atau dari China.
2.Mereka tidak akan diizinkan untuk melakukan investasi baru di China.
3.Personel manajemen senior mereka tidak akan diizinkan masuk ke China.
4.Personel manajemen senior yang sudah berada di China akan kehilangan izin kerja atau kualifikasi tinggal atau tempat tinggal mereka.
5.Kedua perusahaan juga akan didenda dengan jumlah yang akan menjadi dua kali lipat jumlah penjualan masing-masing perusahaan ke Taiwan.
Tidak jelas seberapa besar dampak pembatasan ini pada praktik kedua perusahaan.
AS melarang penjualan sebagian besar teknologi terkait senjata ke China, yang berarti operasi inti mereka tidak boleh terlalu terpengaruh.
Tetapi beberapa kontraktor militer juga memiliki bisnis sipil, di sektor seperti kedirgantaraan dan pasar lainnya, yang tunduk pada pembatasan yang lebih sedikit.
Dukungan militer AS untuk Taiwan bukanlah hal baru
Amerika Serikat (AS) tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, karena menganut prinsip “satu China” yang dituntut Beijing dari semua mitra dagangnya, yaitu bahwa mereka tidak mengakui Taiwan secara resmi sebagai sebuah negara.
Namun, AS menginjak garis tipis pada perbedaan ini, sekaligus mempertahankan posisinya sebagai mitra komersial dan pemasok militer utama Taiwan.
Washington telah menjadi mitra terpenting Taiwan kurang lebih sejak perang saudara tahun 1949 antara Partai Komunis China dan penguasa nasionalis negara itu sebelumnya, yang akhirnya melarikan diri ke Taiwan dan memantapkan diri di sana.
Undang-undang di AS juga mewajibkan pemerintah untuk memastikan Taiwan memiliki sarana untuk membela diri.
Raytheon Missiles and Defense mendapatkan kontrak senilai USD412 juta (sekitar Rp6,25 triliun dengan nilai tukar 17 Februari 2023) pada September 2022 untuk meningkatkan radar militer Taiwan sebagai bagian dari paket investasi AS yang lebih luas senilai lebih dari USD1 miliar (Rp15,1 triliun dengan nilai tukar 17 Februari 2023) untuk militer Taiwan.
Lockheed Martin telah memasok militer Taiwan dengan radar, helikopter, dan peralatan kontrol lalu lintas udara. Ini juga memasok Taiwan dengan jet tempur multiperan F-16 yang merupakan tulang punggung angkatan udaranya, dan pengiriman F-16 yang baru dibangun saat ini direncanakan, dijadwalkan untuk pengiriman potensial pada 2026.
Sanksi China datang beberapa minggu setelah AS memblokir pembaruan lisensi ekspor untuk raksasa telekomunikasi Huawei, dengan alasan mengejar “hegemoni teknologi.”
Dan mereka juga bertepatan dengan AS yang telah menembak jatuh beberapa balon yang dikatakan sebagai bagian dari jaringan spionase China.
Pada Kamis 16 Februari 2023, komite urusan luar negeri Kongres Rakyat Nasional China menanggapi secara kritis resolusi Kongres AS tentang balon, dengan mengatakan bahwa teks tersebut “sengaja membesar-besarkan ancaman China.”
Menyebut dokumen itu “murni hype jahat dan manipulasi politik,” katanya beberapa politisi Kongres AS “mengipasi api, sepenuhnya mengungkap rencana jahat mereka untuk menentang China dan menahan China.”
Militer Taiwan, sementara itu pada Kamis 16 Februari 2023, mengatakan bahwa mereka telah menemukan sisa-sisa balon cuaca yang jatuh di sebuah pulau terpencil dan berlokasi strategis di dekat pantai China, dengan mengatakan bahwa itu tampaknya buatan China.
Padahal sebeluma pada Selasa 14 Februari 2023, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan tidak melihat adanya balon pengintai dari China di sekitarnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"