KONTEKS.CO.ID – Politisi Oposisi Ukraina Viktor Medvedchuk mengatakan bahwa tidak semua orang di masyarakat Ukraina mendukung kursus anti-Rusia yang diadopsi oleh kepemimpinan negara saat ini dan setelah pembebasannya, dia mengumpulkan tim yang mewakili “Ukraina non-Bandera yang berbeda.”
“Saya menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyusun tim. Banyak orang datang dari Kiev, banyak yang sekarang berada di luar Ukraina, termasuk di Rusia, Eropa dan Turki. Mereka siap untuk terus berjuang dan membuat diri mereka didengar,” kata tokoh oposisi Ukraina ini dalam wawancara dengan saluran RT yang dikutip TASS.
Politisi tersebut menekankan bahwa tujuannya adalah agar suara Ukraina “lain” ini didengar baik di Rusia maupun di Barat.
“Itu memang ada. Persatuan yang disajikan oleh Zelensky ditemukan begitu saja. Persatuan ini dibangun di atas bayonet. Ada orang yang mewakili Ukraina lain, Ukraina non-Bandera yang tidak memiliki kesamaan dengan pernyataan dan neo-Nazisme politik yang dipromosikan oleh Zelensky,” katanya.
Stepan Bandera merupakan kolaborator Nazi yang bekerjasama dengan Jerman saat negara tersebut menyerang Uni Soviet. Di dunia Bandera dikenal sebagai kaki tangan Nazi, namun di Ukraina ia dianggap pahlawan.
Ia menampik rencana pembentukan pemerintahan di pengasingan. Menurutnya langkah tersebut tidak efektif.
Politisi oposisi Medvedchuk, yang sebelumnya adalah ketua dewan politik platform oposisi For Life, yang saat ini dilarang di Ukraina, telah lama dituntut secara politik di Ukraina.
Pada 12 April 2022, Zelensky melaporkan bahwa Medvedchuk telah ditahan. Dia didakwa dengan pengkhianatan dan pelanggaran hukum perang. Pada akhir September, Medvedchuk meninggalkan Ukraina sebagai bagian dari pertukaran tahanan antara Kiev dan Moskow.
Sebelumnya, pengadilan Ukraina memutuskan untuk menyita aset Medvedchuk. Pada 10 Januari, Zelensky memutuskan untuk mencopot Medvedchuk dari kewarganegaraan Ukrainanya, dan jaksa Ukraina kemudian mengatakan bahwa mereka tidak akan mencabut tuduhan pengkhianatan terhadapnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"