KONTEKS.CO.ID – Nasabah Perbankan Lebanon jengkel menghadapi situasi keuangan yang memburuk dalam tiga tahun terakhir.Â
Karena tidak tahu kapan situasi akan membaik, nasabah perbankan Lebanon mulai bertindak sendiri. Deposan mengambil uang simpanan, terkadang secara paksa.Â
Nasabah perbankan Lebanon mulai melakukan serentetan pengambilan paksa bersenjata yang menyebabkan bank-bank tutup. Demikian dilaporkan VOA.Â
Bassam al-Sheikh Hussein adalah salah seorang deposan itu. Ia menyerbu Bank Federal Beirut pada 11 Agustus setelah didera keputusasaan untuk menarik uang simpanannya sendiri.
“Saya datang ke bank dengan membawa satu galon bensin dan senapan. Saya datangi manajer, saya banting pintu. Kemudian saya kurung staf di dalam ruangan. Manajer memberi saya $35.000, tetapi jumlah seluruh deposit saya $210.000. Saya menginginkan semua uang saya,” katanya.
Lebanon menderita krisis fiskal, moneter, keuangan, dan ekonomi yang semakin parah mulai 2019. Menurut kritikus, itu akibat ketidakbecusan pemerintah dalam mengelola anggaran selama puluhan tahun.
“Ketika gelembung itu pecah pada Oktober 2019, semua uang para nasabah perbankan Lebanon, sekitar $150 miliar, dibekukan dalam sistem perbankan. Ini disebabkan oleh kendali modal yang tidak formal yang diterapkan secara paksa terhadap semua simpanan tanpa ada undang-undang yang jelas untuk mengaturnya dari Parlemen atau dari Negara Lebanon,” ujar Nicolas Chikhani, seorang ekonom independen.
Asosiasi perbankan Lebanon mengatakan pemerintah seharusnya menerapkan kendali modal secara formal.
Seruan yang sama disampaikan Hassan Moughnieh, pendiri Asosiasi nasabah perbankan Lebanon.
“Kami menuntut kendali modal berstandar internasional. Bukan kendali yang mereka lakukan saat ini yang hanya melindungi bank tetapi tidak melindungi nasabah perbankan Lebanon. Jadi, kami menuntut kendali modal dengan standar internasional,” katanya.
Para politisi mengingatkan bahwa ketidakstabilan di negara itu telah memperlambat reformasi.
“Kami telah mendesak agar masalah-masalah ini diselesaikan. Tetapi gejolak politik di Lebanon diketahui menunda apa saja yang terkait peratifikasian undang-undang, penulisan rancangan undang-undang, dan penyelesaian undang-undang,” ujar Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon, Amin Salam, kepada VOA.
Niat sebagian politisi mungkin menjanjikan, tetapi bagi para nasabah perbankan Lebanon yang marah dan putus asa untuk mendapatkan kembali uang mereka, solusi tidak kunjung datang. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"