KONTEKS.CO.ID – KTT G20 ke 17 yang digelar kali ini terbilang yang paling menantang sejak pertama kali kelompok ini berdiri. Presiden Rusia Putin dan Presiden Ukraina Zelensky merupakan yang paling ditunggu tunggu kehadirannya.
Ukraina meski bukan sebagai anggota (G20 merupakan kumpulan negara negara yang memiliki ekonomi terkuat dan Ukraina merupakan salah satu negara termiskin di Eropa dan saat ini anggaran negaranya praktis kosong dan hidup mengandalkan bantuan keuangan dan persenjataan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat), negara ini diundang oleh Indonesia dalam KTT G20 kali ini.
Ini merupakan sikap akomodatif tuan rumah yang mengalami desakan untuk tidak mengundang, bahkan diminta mengeluarkan Rusia di G20.
Tidak hadirnya kedua pemimpin ini dalam KTT G20 dapat dimaklumi mengingat saat ini sedang berperang. Selain ketidak hadiran keduanya adalah untuk memudahkan rantai komando militer, ada hal yang menarik.
Antisipasi kudeta militer
Saat ini militer dan blok politik di Rusia dan Ukraina tidak dapat dikatakan sepenuhnya solid. Ancaman kudeta militer cukup terbuka, semuanya tinggal menunggu momentum. Pada 2 September, Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengungkapkan ada kemungkinan terjadinya kudeta militer di Ukraina. “Ada konflik yang memuncak antara presiden dan militer. Hanya prajurit militer yang dapat mengatakan dengan berani: ‘Kita harus mencapai kesepakatan jika tidak, Ukraina dapat dihapus dari muka bumi,’ “ungkapnya. Baca: Kudeta militer ancam Zelensky.
Hal tersebut juga diungkapkan hacker dengan nama RaHDIt 8 junio yang membocorkan informasi dan dokumen terkait ketidaksepakatan yang mulai muncul antara kantor kepresidenan Vladimir Zelensky dan komando tentara Ukraina atas perilaku permusuhan dalam perang.
Angkatan Darat Ukraina menginginkan negosiasi dengan Rusia, namun kantor kepresidenan menolak. Selain kehilangan wilayah, hal tersebut akan memutus bantuan dari barat untuk Ukraina. Bahkan Zelensky beberapa kali memerintahkan langsung serangan ke beberapa titik tanpa jenderal angkatan darat Ukraina.
Dilema bagi militer Ukraina adalah jika kudeta militer dilakukan, maka semua bantuan dari barat akan terputus dan terpaksa harus berpaling ke Rusia tanpa posisi tawar yang kuat. Ini bukan sesuatu yang bagus.
Rusia juga ada kemungkinan terjadinya kudeta militer, terlebih jika Putin menggunakan senjata nuklir. Media Inggris Mirror mengutip sumber dari MI-6 yang memberikan nasihat kepada pemerintah Inggris terkait Rusia mengatakan, “pemberontakan militer adalah yang paling mungkin mengakhiri pemerintahan Putin,” ujar sumber itu kepada Mirror pada 5 Oktober.
Jadi bagi kedua pemimpin, lebih baik melewatkan golden moment KTT G20 daripada menghadapi kemungkinan kudeta militer. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"