KONTEKS.CO.ID – PM Bangladesh mundur bahkan Sheikh Hasina kabarnya melarikan diri dari negaranya setelah gelombang demonstrasi berminggu-minggu yang memakan korban jiwa.
Militer yang mengambi alih kekuasaan di Bangladesh telah mengumumkan pemerintahan sementara.
Kepergian Hasina tampaknya telah meredakan ketegangan tinggi di Dhaka, tempat protes yang lebih mematikan dikhawatirkan terjadi pada hari Senin.
Pengusiran Hasina pada hari Senin menyusul protes mematikan selama berminggu-minggu. Tampaknya PM Bangladeh mundur telah mencegah ancaman pertumpahan darah lebih lanjut.
Fokus sekarang beralih ke siapa yang akan mengendalikan negara Asia Selatan itu.
Dalam pidatonya kepada rakyat, Kepala Militer Jenderal Waker-Uz-Zaman mengumumkan, bahwa pemerintah sementara sekarang akan menjalankan Bangladesh. Ia pun menyerukan rakyat agar tetap tenang.
Hasina, yang memerintah negara itu selama hampir dua dekade, menaiki helikopter militer pada hari Senin 5 Agustus 2024, ungkap seorang ajudan kepada Al Jazeera. Ini berlangsung ketika kerumunan besar mengabaikan jam malam nasional untuk menyerbu istananya di Dhaka.
Angkatan Udara Bawa Sheikh Hasina Terbang ke India
Laporan media di India mengatakan, sebuah pesawat yang membawa Hasina mendarat di Pangkalan Udara Hindon dekat New Delhi.
Ia berada di dalam pesawat Angkatan Udara Bangladesh yang mendarat di pangkalan di Ghaziabad, saluran berita India Today melaporkan.
Pengunduran PM Bangladesh terjadi setelah hampir 300 orang tewas dalam protes berminggu-minggu yang ingin pihak berwenang tumpas. Kekerasan mematikan pada Minggu malam menewaskan hampir 100 orang dan jam malam terberlakukan.
Pada hari ini, kerumunan besar menyerbu istana perdana menteri, mencegah Hasina menyampaikan pidato.
Setidaknya 20 orang tewas dalam kekerasan di Dhaka saat pengunjuk rasa menyerbu gedung-gedung, kata seorang petugas polisi kepada kantor berita AFP.
“Kami punya 20 mayat di sini,” kata Bacchu Mia, seorang inspektur polisi di Rumah Sakit Dhaka Medical College, tanpa memberikan rincian kematian mereka.
Para saksi dan petugas polisi lainnya melaporkan massa melancarkan serangan balas dendam terhadap kelompok-kelompok lawan. Meskipun terjadi kekerasan, pada sore hari, suasana di jalan-jalan berubah menjadi perayaan setelah berita kepergian perdana menteri menyebar.
Massa yang gembira melambaikan bendera, beberapa menari di atas tank di jalan, sebelum ribuan orang menerobos gerbang kediaman resmi Hasina.
Saluran 24 Bangladesh menyiarkan gambar-gambar massa yang berlarian ke kompleks itu, melambaikan tangan ke kamera saat mereka merayakan, menjarah perabotan dan buku-buku sementara yang lain bersantai di tempat tidur.
PM Bangladesh Mundur, Rakyar Waspada Militer
Tanvir Chowdhury dari Al Jazeera, melaporkan dari Lapangan Shahbagh – pusat protes mahasiswa yang termulai bulan lalu – mengatakan bahwa ia “tidak pernah menyaksikan sesuatu seperti ini” di ibu kota.
“Semua orang merayakan, bukan hanya mahasiswa – orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Mereka mengatakan ini harus terjadi, tidak ada yang bisa kami katakan, demokrasi telah dikekang dan sekarang kami bebas,” kata Chowdhury.
Bangladesh mengalami pemerintahan militer selama bertahun-tahun pada tahun 1970-an dan 80-an. Ini berlangsung pascaperang kemerdekaan dari Pakistan pada 1971.
Masuknya militer membuat banyak yang khawatir akan bahaya kembalinya pemerintahan militer.
Kepala Angkatan Darat, Waker-Uz-Zaman, sangat ingin meyakinkan rakyat negara tersebut. Ia mendesak warga negara untuk tetap percaya pada tentara yang akan mengembalikan perdamaian ke negara tersebut.
“Kami juga akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan untuk setiap kematian dan kejahatan yang terjadi selama protes,” katanya.
Ia menyerukan kepada masyarakat untuk bersabar dan menghentikan segala tindakan kekerasan dan vandalisme.
“Kami telah mengundang perwakilan dari semua partai politik besar, dan mereka telah menerima undangan kami dan berkomitmen untuk bekerja sama dengan kami,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"