KONTEKS.CO.ID – Presiden Rusia, Vladimir Putin diperkirakan tiba di Pyongyang, Korea Utara pada Selasa, 18 Juni 2024 malam. Dalam kunjungan dua hari ini, Putin akan menemui rekan dekatnya, Kim Jong Un.
Pertemuan keduanya kali ini merupakan lanjutan dari kegiatan serupa sebelumnya pada September tahun lalu.
Dalam surat yang diterbitkan di surat kabar pemerintah Korea Utara, Kremlin mengungkapkan pandangan Putin tentang hubungan antara Rusia dan Korea Utara.
Putin menyebut hubungan ini sebagai ‘persahabatan’ dan ‘hubungan bertetangga’.
“Hari ini, seperti sebelumnya, Rusia dan Republik Demokratik Rakyat Korea secara aktif memajukan kemitraan multifaset mereka. Kami sangat menghargai dukungan teguh DPRK terhadap operasi militer khusus Rusia di Ukraina,” kata Putin dalam artikel tersebut.
Putin juga mengisyaratkan rencana untuk mempererat kerja sama yang tidak dibatasi oleh pengaruh Barat.
Dia menulis tentang pengembangan mekanisme perdagangan alternatif dan penyelesaian bersama yang tidak dikendalikan oleh Barat.
Tak hanya itu, Putin juga menyerukan gerakan bersama untuk menentang pembatasan sepihak yang dianggap Rusia tidak sah.
Para analis di Seoul memperhatikan dengan cermat apa yang mungkin dihasilkan dari perundingan antara kedua pemimpin ini.
“Kunjungan Putin merupakan bagian dari ucapan terima kasih kepada Korea Utara karena telah bertindak sebagai ‘gudang otokrasi’ dalam mendukung invasi ilegalnya ke Ukraina,” kata Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Universitas Ewha Womans di Seoul, kepada ABC News.
Dia menambahkan, transfer teknologi militer sensitif yang dilakukan Moskow ke Pyongyang tidak hanya akan melanggar sanksi PBB. Lebih dari itu, hal itu akan dapat mengganggu stabilitas Semenanjung Korea dan Asia Timur.
Sementara itu, Sang-Jung Byun, Direktur Studi Korea Utara di Institut Strategi Keamanan Nasional yang berbasis di Seoul, juga berpendapat, kunjungan ini menunjukkan kuatnya solidaritas Rusia-Korea Utara.
“Tampaknya Putin melakukan kunjungan ini untuk menepati janjinya, dan juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa solidaritas Rusia-Korea Utara sangat kuat,” kata Byun kepada ABC News.
Dia memperkirakan, ada potensi Rusia akan kembali membangun jalur kereta api penghubung. Hal itu akan menjadi sumber mata uang asing yang sangat besar.
Selain itu, kerja sama di bidang teknologi luar angkasa diperkirakan akan menjadi agenda pembahasan.
Korea Utara sangat membutuhkan bantuan Rusia untuk meningkatkan program luar angkasanya yang ambisius.
Rezim Kim Jong Un baru-baru ini mengalami kegagalan dalam meluncurkan satelit pengintaian keduanya. Satelit yang saat ini beroperasi juga dipertanyakan kinerjanya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"