KONTEKS.CO.ID – Kebijakan Presiden Joe Biden yang mengizinkan Ukraina menembakkan senjata dari Amerika Serikat ke Rusia memicu kontroversi.
Keputusan itu dinilai sebagai tanda kebingungan politik di Washington.
Analis veteran Kementerian Pertahanan AS, Karen Kwiatkowski, menyampaikan pandangannya terkait keputusan ini.
Menurutnya, kebijakan Washngton ini mencerminkan ketakutan pemerintahan Biden akan keruntuhan Ukraina sebelum pemilihan presiden AS 5 November mendatang.
“Pemerintahan Biden berdoa agar Ukraina dapat melanjutkan perlawanan hingga awal November,” kata Kwiatkowski kepada Sputnik pada Minggu, 2 juni 2024.
Keputusan yang Biden ambil pada Kamis, 30 Mei 2024 lalu itu merupakan upaya yang putus asa untuk mempertahankan Ukraina dalam konflik hingga saat pemilihan tiba.
Padahal keputusan itu berisiko memicu konfrontasi termonuklir dengan Rusia.
“Kekacauan, disorganisasi, dan frustrasi politik ini terlihat jelas dan semakin meningkat ketika koalisi negara-negara Barat yang lemah secara militer dan ekonomi berada di ambang perang proksi melawan kekuatan nuklir,” ujar Kwiatkowski.
Ia juga menilai perubahan kebijakan ini sangat berbahaya tidak hanya bagi Amerika Serikat tetapi juga bagi seluruh dunia.
“Pergeseran dalam kebijakan Biden mengenai penggunaan senjata AS oleh Ukraina di Rusia, di sekitar Kharkov untuk saat ini bersifat eskalasi. Hal ini akan melibatkan militer Rusia juga, untuk segera mengakhiri perang ini melalui kekerasan, bukan negosiasi,” tuturnya.
Kwiatkowski menekankan keputusan ini dapat memicu Rusia untuk meningkatkan tindakan militernya, yang berpotensi memperburuk situasi.
Ketika konflik pecah pada Februari 2022, Biden memperkirakan, dukungan militer besar-besaran AS terhadap Ukraina akan menghasilkan kemenangan dalam waktu singkat.
Faktanya berbeda dan kini Biden justru mengabaikan upaya Rusia untuk mencapai penyelesaian melalui negosiasi damai.
“Biden sedang frustrasi karena apa yang seharusnya menjadi demonstrasi kekuatan dan penilaian bagi partainya, malah membuat dia dan partainya tidak populer,” kata Kwiatkowski.
Ia menambahkan inflasi yang tinggi, perekonomian yang stagnan, serta kekalahan dalam perang cenderung berakibat fatal secara politik bagi seorang presiden AS.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"