KONTEKS.CO.ID – Perdana Menteri India, Narendra Modi berada pusaran kontroversi setelah menuduh umat Muslim sebagai penyusup.
Modi bahkan menggunakan beberapa retorika menghasut mengenai agama minoritas India itu, guna kepentingan menggalang suara.
Melansir dari NBC dan AFP, dalam rapat umum di negara bagian Rajasthan, Minggu 21 April 2024, Modi mengatakan jika lawannya, Partai Kongres yang berkuasa, maka ‘umat Islam mempunyai hak utama atas sumber daya negara’.
“Jika mereka kembali berkuasa, partai tersebut akan mengumpulkan semua kekayaan Anda dan mendistribusikannya kepada mereka yang memiliki lebih banyak anak,” kata Modi yang diduga merujuk paada umat Muslim.
Dia lantas menyebut umat muslim sebagai penyusup.
“Mereka akan membagikannya kepada para penyusup. Apakah menurut Anda, uang hasil jerih payah Anda harus diberikan kepada penyusup?” tambah pemimpin parati Hindu konservatif Bharatiya Janata itu.
Menanggapi pernyataan buruk Modi, Juru Bicara Partai Kongres, Abhishek Manu Singhvi mengatakan partainya telah meminta tindakan dari Komisi Pemilihan Umum India untuk memeriksa masalah ini.
Tanggapan lain datang dari partai All India Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen.
“Modi hari ini menyebut Muslim sebagai penyusup dan orang-orang yang memiliki banyak anak,” kata seorang anggota parlemen Muslim dan presiden partai All India Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen, Asaduddin Owaidi.
Partai oposisi India mengecam Modi atas tuduhan tersebut, menyebutnya telah mendiskreditkan umat Islam dengan menyebut mereka sebagai “penyusup”.
Mereka menuding Modi menggunakan retorika provokatif terkait agama minoritas India untuk kepentingan politik dan memperoleh dukungan suara.
Ketegangan antara kelompok agama di India telah menjadi perhatian serius, terutama sejak pemerintahan Modi memimpin.
Serangan terhadap kelompok minoritas, terutama umat Muslim semakin meningkat.
Termasuk beberapa insiden kekerasan yang mencakup pembakaran tempat ibadah, boikot bisnis, dan serangan fisik terhadap warga Muslim.
Tuduhan Modi tetap menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik antaragama yang lebih besar di India.
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"