KONTEKS.CO.ID – ISIS mengaku bertanggung jawab atas penembakan massal dan serangan berdarah di Moskow, Rusia.
Informasi itu berawal dari kantor berita Amaq melalui Telegramnya.
ISIS merupakan kelompok militan yang pernah berusaha menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah.
Dalam pernyataannya, ISIS mengatakan, para pejuang menyerang di pinggiran Moskow. Mereka mengklaim membunuh dan melukai ratusan orang.
Tak hanya itu, mereka juga menyebabkan kerusakan besar di tempat itu.
Usai melakukan aksinya, para penyerang melarikan diri ke pangkalan mereka dengan selamat.
Sayangnya, pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Sementara itu, Amerika Serikat memiliki informasi intelijen yang mengonfirmasi klaim ISIS bertanggung jawab atas penembakan tersebut.
Seorang pejabat AS pada Jumat mengatakan, Washington telah memperingatkan Moskow dalam beberapa pekan terakhir tentang kemungkinan serangan.
“Kami telah memperingatkan Rusia dengan tepat,” kata pejabat tersebut, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, tanpa memberikan rincian tambahan apa pun.
Rusia belum menyatakan siapa yang dianggap bertanggung jawab.
Hubungan Rusia dan ISIS
Presien Vladimir Putin mengubah arah perang saudara di Suriah dengan melakukan intervensi pada 2015.
Saat itu, Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad melawan oposisi dan ISIS.
“ISIS-K telah terpaku pada Rusia selama dua tahun terakhir, sering kali mengkritik Putin dalam propagandanya,” kata Colin Clarke dari Soufan Center.
Sebelumnya, penembakan massal terjadi setelah sekelompok pria bersenjata melepaskan tembakan di gedung konser Crocus City Hall, di pinggiran Kota Moskow pada Jumat, 22 Maret 2024 malam.
Menurut data awal dari pihak berwenang Rusia, setidaknya 40 orang tewas. Sebanyak 145 lainnya terluka dalam serangan mematikan ini, 60 di antaranya dalam kondisi kritis.
Data terakhir menunjukkan korban tewas bertambah menjadi 60 orang.
Kemungkinan ada sekitar 6.200 orang berada di dalam ruang konser pada saat serangan terjadi.
Peristiwa ini menjadikannya salah satu serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Rusia.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"