KONTEKS.CO.ID – Pejabat Kementerian Pertahanan Ukrana korupsi hampir USD40 juta. Dalam aksinya, dia berkonspirasi dengan karyawan perusahaan senjata.
Padahal, berdasarkan laporan Dinas Keamanan Ukraina (SBU), dana tersebut sedianya untuk membeli 100.000 mortir dalam perang melawan Rusia.
SBU pada Sabtu, 27 Januari 2024 malam mengatakan, lima orang telah mendapat dakwaan. Satu di antaranya tertangkap ketika mencoba melintasi perbatasan Ukraina.
Jika terbukti bersalah, mereka terancam hukuman 12 tahun penjara.
Pejabat keamanan mengatakan, penyelidikan saat ini bermula pada Agustus 2022.
Saat itu, para pejabat menandatangani kontrak pembelian peluru artileri senilai USD 39,6 juta dengan perusahaan senjata Lviv Arsenal.
Setelah menerima pembayaran, karyawan perusahaan seharusnya mentransfer dana tersebut ke bisnis yang terdaftar di luar negeri, yang kemudian akan mengirimkan amunisi ke Ukraina.
“Namun, barang tersebut tidak pernah terkirim dan uangnya malah dikirim ke berbagai rekening di Ukraina dan Balkan,” kata penyelidik.
Jaksa Agung Ukraina mengatakan dana tersebut telah disita dan akan dikembalikan ke anggaran pertahanan negara.
Selain menghadapi serangan Rusia, Kiev juga berupaya memberantas korupsi dalam upaya mempercepat keanggotaannya di Uni Eropa dan NATO.
Para pejabat dari kedua blok menuntut reformasi anti-korupsi secara luas sebelum Kiev dapat bergabung dengan mereka.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky terpilih berdasarkan platform antikorupsi pada tahun 2019, jauh sebelum invasi besar-besaran Rusia bulan Februari 2022.
Baik presiden maupun para pembantunya menggambarkan pemecatan para pejabat tinggi baru-baru ini, terutama pemecatan mantan kepala Badan Keamanan Negara, Ivan Bakanov, pada Juli 2022, sebagai bukti upaya mereka untuk memberantas korupsi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"