KONTEKS.CO.ID – Perang Azerbaijan vs Armenia. Setidaknya 27 orang tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam operasi militer Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh mereka sengketakan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, pihaknya telah memulai kampanye “antiteroris” di wilayah tersebut. Serangan berlangsung ketika media Armenia dan otoritas lokal melaporkan pemboman besar-besaran terhadap ibu kota regional Stepanakert.
“Menurut informasi dari kamar mayat Stepanakert oleh Kantor Pembela Hak Asasi Manusia, hingga pukul 22.30, terdapat 27 korban akibat serangan teroris terus menerus oleh Azerbaijan, 2 di antaranya adalah warga sipil,” tulis Gegham Stepanyan, ombudsman di wilayah tersebut, di platform X “Twitter”, mengutip CNN, Rabu 20 September 2023.
Nagorno-Karabakh, daerah kantong etnis Armenia yang mendapat pengakuan secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, telah menjadi penyebab dua perang antarnegara bertetangga dalam tiga dekade terakhir. Terakhir terjadi pada 2020.
Ketegangan telah meningkat di wilayah tersebut selama berbulan-bulan, setelah pasukan Azerbaijan memblokade koridor Lachin pada bulan Desember 2022. Blokade memutus satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh ke Armenia dan mencegah impor makanan ke sekitar 120.000 penduduknya.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia, yang dikerahkan ke Nagorno-Karabakh berdasarkan ketentuan gencatan senjata tahun 2020, ditugaskan untuk mencegah pecahnya konflik baru.
Namun Moskow dituduh tidak mampu atau tidak mau melakukan intervensi untuk melindungi Armenia, sekutu jangka panjangnya, dalam menghadapi agresi berkelanjutan dari Azerbaijan.
Pihak berwenang Karabakh mengatakan mereka telah meminta pembicaraan segera dengan Azerbaijan, di tengah berlanjutnya penembakan di wilayah tersebut.
Sebagai tanggapan, Kepresidenan Azerbaijan mengatakan pihaknya bersedia bertemu dengan warga Armenia Karabakh. Namin ada dalam sebuah pernyataan tambahan.
“Untuk menghentikan tindakan antiteroris, kelompok bersenjata ilegal Armenia harus mengibarkan bendera putih, menyerahkan semua senjata, dan rezim ilegal harus bubar. diri. Jika tidak, tindakan antiteroris akan berlanjut sampai akhir,” ancam Azerbaijan.
Penembakan Sistematis, Perang Azerbaijan vs Armenia
Seorang penasihat Presiden Azerbaijan pada hari Selasa mengecilkan laporan mengenai korban sipil di Nagorno-Karabakh. Hanya ia mengatakan “kerusakan tambahan” adalah suatu kemungkinan dalam operasi militer apa pun.
Terkait laporan mengenai korban sipil selama operasi militer Azerbaijan di wilayah yang mereka sengketakan, Hikmet Hajiyev, penasihat politik presiden Azerbaijan, meragukan keakuratan laporan tersebut.
Hajiyev juga mengatakan bahwa “aksi kontraterorisme” Azerbaijan terhadap Tentara Pertahanan Nagorno-Karabakh terpicu oleh kematian enam orang dalam ledakan ranjau darat di Azerbaijan, termasuk dua warga sipil dan empat petugas polisi.
“Pemerintah Azerbaijan telah mengambil keputusan untuk memulai dengan tindakan kontraterorisme lokal yang tidak terbatas. Serta langkah-langkah di lapangan untuk akhirnya menetralisir instalasi militer dan infrastruktur militer yang secara ilegal. Semua ada di wilayah kami,” kata Hajiyev.
Dia menekankan bahwa aksi militer tidak akan berhenti sampai pasukan militer di Nagorno-Karabakh melucuti senjatanya dan “mengibarkan bendera putih”.
“Satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan adalah penarikan angkatan bersenjata Armenia tanpa syarat dan sepenuhnya dari wilayah Karabakh di Azerbaijan dan pembubaran rezim boneka,” katanya lagi.
Kementerian tersebut mengklaim tentaranya mendapat “penembakan sistematis” dari angkatan bersenjata Armenia. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"