KONTEKS.CO.ID – Teroris militan Islam Mali menyerang sebuah perahu sungai di timur laut Mali menewaskan sedikitnya 49 warga sipil, kata pemerintah sementara setempat.
Mereka juga menyerang sebuah kamp tentara sehingga menewaskan 15 tentara. Sementara pihak tentara menyebut sekitar 50 militan tewas.
Pemerintah telah menetapkan tiga hari berkabung nasional.
Ancaman kelompok Islam radikal semakin meningkat, meskipun ada klaim dari militer bahwa tentara bayaran Wagner Group Rusia mengubah arah kampanye mereka.
Kota Timbuktu di wilayah utara telah terblokade sejak akhir bulan lalu dan terjadi beberapa serangan terhadap transportasi baru-baru ini.
BBC tidak dapat memverifikasi secara independen laporan terbaru pemerintah, yang tersiarkan di TV nasional.
Laporan menyebut para militan menyerang kapal tersebut ketika sedang melakukan perjalanan di Sungai Niger dari kota Gao ke Mopti. Militan juga menyerang kamp tentara di Lingkaran Bourem di wilayah Gao.
Tentara Mali mengatakan di media sosial bahwa kapal tersebut mengalami penyerangan sekitar pukul 11.00 GMT oleh kelompok teroris bersenjata.
Operator kapal, Comanav, mengatakan kepada kantor berita AFP, kapal tersebut menjadi sasaran setidaknya tiga roket yang ditujukan ke mesinnya.
“Kapal itu tidak bisa bergerak di sungai dan tentara masuk untuk mengevakuasi penumpangnya,” kata seorang pejabat Comanav, melansir BBC, Jumat 8 September 2023.
Ada dukungan rakyat yang sangat besar terhadap junta ketika mereka merebut kekuasaan setelah protes massal terhadap Presiden Ibrahim Boubacar Keïta. Masyarakat marah karena ketidakpastian ekonomi, sengketa pemilu, dan ketidakamanan kronis.
Sejak itu, data menunjukkan pemerintahan militer Mali hanya mencapai sedikit kemajuan dalam perlawanannya terhadap kelompok Islam yang menguasai sebagian wilayah negara tersebut.
Pemberontakan yang terkait dengan teroris militan Islam Mali, yaitu al-Qaeda dan ISIS berakar di utara Mali pada tahun 2012. Sejak saat itu, militan Islam semakin menguasai wilayah tersebut, menyebar ke seluruh wilayah Sahel hingga ke negara-negara pesisir Afrika Barat. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"