KONTEKS.CO.ID – Juru kampanye iklim pada hari Jumat 7 Oktober 2022 mengutuk pengumuman Inggris bahwa mereka akan membuka babak perizinan baru untuk ladang minyak dan gas di Laut Utara. Keputusan tersebut menandakan pengabaian terang-terangan pemerintah Konservatif terhadap darurat iklim dan peringatan terhadap eksplorasi bahan bakar fosil dari para ahli energi dan ilmuwan.
Inggris mengklaim pengeboran minyak dan gas baru tidak akan merusak rencana negara itu untuk memotong emisi karbonnya menjadi nol pada tahun 2050. Otoritas Transisi Laut Utara (NSTA) mengatakan akan mengeluarkan hingga 100 izin untuk hampir 900 area eksplorasi, termasuk beberapa yang diketahui mengandung hidrokarbon.
Menanggapi klaim Menteri Iklim Graham Stuart bahwa rencana tersebut “sebenarnya baik untuk lingkungan” karena penggunaan bahan bakar fosil di Laut Utara meniadakan kebutuhan akan gas asing, Friends of the Earth (FOE) Skotlandia menuduh pemerintah “tidak peduli dengan pendapat ilmuwan iklim dan pakar energi.” Demikian seperti dilaporkan Radiofree.org.
“Dengan mendorong perusahaan bahan bakar fosil yang rakus untuk terus mencari lebih banyak bahan bakar fosil, pemerintah Inggris menyangkal kenyataan darurat iklim,” kata Freya Aitchison, juru kampanye minyak dan gas untuk kelompok tersebut. “Alih-alih bahan bakar fosil baru, kami sangat membutuhkan transisi ke sistem energi yang didukung oleh energi terbarukan, dan peluncuran massal langkah-langkah efisiensi energi untuk mengurangi permintaan energi.”
“Dengan meroketnya biaya hidup karena harga minyak dan gas yang fluktuatif, jelas bahwa sistem energi kita saat ini sama sekali tidak sesuai untuk tujuan, hanya membuat bos perusahaan minyak dan pemegang saham lebih kaya sementara orang lain merugi,” tutupnya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"