KONTEKS.CO.ID – Usai bertemu dengan Ketua DPR Indonesia Puan Maharani dan ketua MPR Bambang Soesatyo, ketua Dewan Federasi Rusia Valentina Matviyenko mencoba mengundang Parlemen Ukraina untuk duduk di meja perundingan untuk penyelesaian krisis secara damai.
“Mari kita duduk di meja perundingan hari ini di platform parlemen dua puluh (P20) di Indonesia. Parlemen Rusia dan Parlemen Ukraina. Mari kita mencoba untuk memahami satu sama lain dan menemukan kesepakatan,” kata Matviyenko, di Jakarta.
Ketua Majelis Tinggi Parlemen mencatat bahwa Moskow telah berkali-kali menawarkan untuk menyelesaikan krisis Ukraina melalui negosiasi. Selain itu, kedua belah pihak hampir mencapai kesepakatan, katanya.
“Sayangnya, Ukraina, yang jelas berada di bawah kendali eksternal, menolak perjanjian itu,” kata Matvienko.
Sebelumnya, Valentina Matviyenko mengatakan bahwa Moskow siap untuk menghentikan permusuhan selama operasi militer khusus di Ukraina. “Ketika saya berbicara tentang negosiasi, maksud saya, masuknya empat mata pelajaran baru ke Federasi Rusia tidak untuk dibahas. Ini sudah menjadi bagian dari Rusia kami. Namun, kami siap untuk menghentikan permusuhan lebih jauh, meskipun hanya di persyaratan yang akan ditawarkan Rusia, ”katanya.
Menurutnya, Rusia telah berulang kali menawarkan untuk mengadakan pembicaraan damai, tetapi setelah pertemuan di Istanbul, Ukraina menolak melanjutkan negosiasi.
“Kami mengatakan sekali lagi, kami mendukung negosiasi, dialog, solusi politik damai untuk krisis ini. Mari kita mulai berbicara. Mari kita ke belakang meja perundingan,” saran Matvienko.
Namun, ia menggaungkan lagi pesan Presien Vladimir Putin bahwa status Republik Rakyat Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporozhye, yang secara resmi menjadi bagian dari negara Rusia sejak Rabu lalu dan tidak akan dibahas selama negosiasi.
Matvienko mengatakan dia tidak terkejut dengan kurangnya tanggapan atas usulannya untuk memulai dialog dari delegasi parlemen Ukraina.
“Ini bisa dimengerti karena Ukraina tidak bebas dalam mengambil keputusannya sendiri tanpa keterlibatan tuannya,” katanya, merujuk pada pendukung Kyiv di AS, Inggris, dan Uni Eropa.
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"