KONTEKS.CO.ID – Kapal Selam Titanic ditemukan hancur karena meledak dahsyat. Seorang petualang Jerman yang pernah menumpang kapal wisata itu bercerita tentang horornya kapal selam tersebut.
Karena itu, petualang Jerman bernama Arthur Loibl, 60, itu menilai pergi ke reruntuhan Kapal Titanic dengan kapal selam ini adalah misi bunuh diri.
Menurut outlet berita Jerman, Bild, Loibl, mengatakan, dirinya merasa sangat beruntung ketika selamat dari kunjungannya ke lokasi bangkai kapal Atlantik pada tahun 2021.
“Dulu itu adalah misi bunuh diri,” kata Loibl, yang mengatakan bahwa pada pelayaran pertamanya, kapal selam itu tidak berfungsi dan ada “masalah kelistrikan”.
Dalam pelayaran horor itu, dirinya berada di dalam kapal selam bersama CEO OceanGate, Stockton Rush dan Paul-Henry Nargeolet.
Komentarnya muncul saat tim penyelamat tengah melakukan upaya SAR terhadap lima penumpang Kapal selam Titanic dengan tujuan penyelaman yang sama. Kapal selam kecil milik OceanGate itu pun ditemukan meledak.
Loibl, menggambarkan betapa seringnya kapal selam kehilangan kontak dengan permukaan.
“Kapal selam pertama tidak berfungsi, maka penyelaman pada ketinggian 1600 meter harus ditinggalkan,” tuturnya.
“Misi saya adalah yang kelima, tetapi kami juga terlambat masuk ke air selama lima jam karena masalah listrik,” tambahnya.
Sebelum peluncuran kapal selam, Loibl mengatakan braket tabung stabilisasi –yang digunakan untuk memberikan keseimbangan saat pesawat turun ke kedalaman– jatuh dari kapal.
“Itu disambungkan kembali dengan ikatan zip. Itu tidak membuatku khawatir,” tambahnya.
Perusahaan Sudah Diingatkan
Terkait Kapal selam Titanic yang ditemukan, muncul laporan bahwa Rush sudah diperingatkan oleh para pemimpin di industri kapal selam, bahwa “pendekatan eksperimental” perusahaan dapat mengakibatkan masalah “dari kecil hingga bencana”.
Kehati-hatian datang dalam surat tahun 2018 kepada CEO OceanGate yang diperoleh oleh New York Times.
Seorang pensiunan laksamana di Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Chris Parr, mempertanyakan mengapa ada orang yang menggunakan “teknologi cerdik” seperti Titanic.
Dalam wawancara dengan LBC, Chris Parr mengatakan, “Mengapa Anda menggunakan teknologi yang cerdik di mana Anda benar-benar harus melepaskan hak apa pun untuk menuntut perusahaan atas kerusakan emosional, cedera, dan kematian di luar jangkauan saya,” ketusnya.
“Ini pada dasarnya berbahaya, tidak ada rencana cadangan, ini eksperimental dan saya takut mengatakan ada unsur keangkuhan jika Anda ingin turun dan melakukan itu,” katanya lagi. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"