KONTEKS.CO.ID – Elon Musk benar benar anti mainstream, disaat sebagian masyarakat Amerika Serikat (AS) dan Eropa berhasil digiring mendukung perang di Ukraina, ia malah membuat postingan jajak pendapat yang melawan arus.
Cuitan yang diposting di twitter ini tayang pada 3 Oktober 2022 mengenai proposal perdamaian Rusia-Ukraina yang berisi 4 hal, yakni:
- Referendum ulang dibawah PBB atas wilayah aneksasi Rusia. Dan Rusia harus hengkang jika itu pilihan rakyat
- Krimea bagian dari Rusia, sejak 1783 (sampai Krushchev membuat kesalahan)
- Jaminan suplai air ke Krimea
- Ukraina negara netral
Pengguna Twitter yang menjawan YA sebesar 40,9% dan TIDAK 59,1%. Jajak pendapat tersebut diikuti oleh hampir 2,8 juta pengguna Twitter.
Akun Elon Musk pun diserbu oleh para simpatisan Ukraina dan buzzer AS dan NATO. Seorang warga Ukraina yang juga produser film Volodymyr Demchenko (yang saat ini mengklaim dirinya tentara Ukraina) menggelar jajak pendapat tandingan yang mengejek Elon Musk, dengan pilihan haruskah Elon Musk diam? Jawaban YA mendapat respon 80% dan TIDAK sebesar 20%. Jajak pendapat ini diikuti oleh sekitar 63 ribu pengguna.
Diantara banyak hujatan, ada juga yang membela opsi yang ditawarkan Musk. Seperti politisi partai Republik Lavern Spicer, yang baru saja kalah dalam pemilihan pendahuluannya. Spicer menulis, ”setidaknya ia mencoba hadir dengan solusi sejak Biden tidak melakukannya.”
Bahkan ada pengguna twitter yang mengunggah apakah dirinya harus pindah ke Ukraina hanya untuk mendapatkan perhatian dari pemerintahnya, yakni AS.
Namun tampaknya cuitan Elon Musk akan berbuntut panjang dan memicu kontroversi di jagat dunia maya, dimana pasukan siber Ukraina yang didanai AS dan Uni Eropa dan pasukan siber Rusia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mendukung posisi masing masing. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"