KONTEKS.CO.ID – Empat (4) orang yang berkontribusi aktif di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta inovasi diapresiasi Habibie Prize 2022. Pemberian penghargaan dilakukan di Auditorium Gedung BJ Habibie, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis, 10 November 2011.
Habibie Prize 2022 sebelumnya bernama Habibie Award dan diadakan sejak tahun 2000. Kemudian tahun 2020 namanya diubah menjadi Habibie Prize.
Penghargaan ke-24 ini terlaksana atas kerja sama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDM Iptek).
Penganugerahan Habibie Prize merupakan salah upaya untuk melanjutkan harapan dan cita-cita dari Prof Dr Ing. BJ Habibie untuk membangun SDM iptek Indonesia yang unggul dan berdaya saing. Sejalan misi kenegaraan presiden dalam pengembangan SDM.
Ketua Yayasan SDM Iptek, Wardiman Djojonegoro merasa gembira atas penyelenggaraan Habibie Prize yang kali ini telah sepenuhnya dilakukan oleh BRIN. “Kami dari keluarga besar Bapak BJ Habibie dan Yayasan SDM Iptek sangat menghargai dan merasa senang. Tentunya bersuka cita atas pengambilalihan penganugerahan tersebut oleh BRIN dengan skala yang lebih bersifat nasional,” kata Wardiman.
Dia berharap, pemberian penghargaan ini tidak berhenti di tahun ini saja, melainkan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan di tahun yang akan datang. Tentunya dengan kriteria yang sama dan penentuan penerima penghargaan dilakukan secara independen.
Kepada para peraih penghargaan, Wardiman berpesan agar mereka terus berkarya memajukan iptek Indonesia. Sekaligus dapat menginspirasi peneliti lainnya.
Hal senada disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko. Dirinya akan terus berkomitmen melanjutkan kegiatan Habibie Prize di tahun mendatang.
“Kami berkomitmen melanjutkan legasi (warisan) dari Bapak BJ Habibie khususnya terkait Habibie Award yang sekarang menjadi Habibie Prize,” sebutnya.
Upaya ini bukan sekadar melanjutkan legasi dari BJ Habibie, melainkan lebih kepada menjaga spirit dan inspirasi yang dibawa oleh Presiden RI ke-3. Tahun depan penyelenggaraan secara penuh dilakukan oleh BRIN dengan dukungan berbagai pihak, termasuk Yayasan SDM Iptek dengan tujuan untuk menjaga independensi penilaian dalam menentukan peraih penghargaan Habibie Prize.
“Meskipun penyelenggaraan Habibie Prize diselenggarakan oleh BRIN, namun dipastikan BRIN tidak ikut campur dalam penilaian, dan independensi tetap terjaga,” janjinya.
Adapun kriteria dalam pemberian Habibie Prize meliputi aspek kapasitas SDM, aspek pengelolaan karya, invensi, dan/atau inovasi. Selanjutnya aspek jejaring dan kolaborasi iptek, dan outcome serta impact.
Sedangkan tahapannya meliputi tujuh hal yakni pengumuman dan sosialisasi, pendaftaran, seleksi administrasi, seleksi substansi berdasarkan bidang keilmuan yang ditentukan, pleno penetapan penerima Habibie Prize oleh dewan juri, dan penetapan penerima Habibie Prize.
Handoko bertekad, penyelenggaraan Habibie Prize di masa yang akan datang akan semakin diperkuat. “Penyelenggaraan Habibie Prize akan terus diselenggarakan dan Insha Allah akan diperkuat tergantung masukan dari Bapak/Ibu di Yayasan SDM Iptek dan para dewan juri,” lanjutnya.
Dia menegaskan, penerima penghargaan Habibie Prize tahun ini diberikan untuk empat bidang dari lima bidang yang menjadi ketentuan sesuai hasil penjurian.
Keempat peraih penghargaan yaitu, pertama, drg Ika Dewi Ana, M. Kes, Ph.D., Departemen Ilmu Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Dia menerima penghargaan di bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi.
Kedua, Prof Dr Okky Karna Radjasa, M.Sc., Organisasi Riset Kebumian dan Maritim. Badan Riset dan Inovasi Nasional, yang bersangkutan menerima penghargaan di bidang Ilmu Dasar.
Ketiga, Prof Dr Ir Riri Fitri Sari, MM, M.Sc., Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Dia menerima penghargaan di bidang Ilmu Rekayasa.
Keempat, Naufan Noordyanto, S.Sn., M.Sn., Departemen Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, yang bersangkutan menerima penghargaan di bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.
Handoko berharap, penghargaan ini dapat menjadi motivasi kepada para peraih penghargaan untuk terus berkarya sekaligus memberikan inspirasi bagi generasi yang akan datang.
“Para periset apapun jabatannya harus semakin mendekatkan diri dan mampu menjadi publik figure dalam mendiseminasikan, memberikan literasi iptek yang lebih baik kepada masyarakat,” pungkasnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"