KONTEKS.CO.ID – Israel tengah was-was. Bagaimana tidak, amuba pemakan otak yang belum ada obatnya dikabarkan menyerang salah seorang warga di sana.
Benarkah ini kutukan Gaza?
Seorang pria Israel tewas setelah terjangkit ensefalitis pada pekan lalu. Penyakit ini terpicu oleh amuba langka pemakan otak.
“Ini merupakan kasus kedua yang tercatat di Israel,” demikian Rumah Sakit Beilinson, tempat korban menjalani perawatan, mengutip Times of Israel, Selasa 9 Juli 2024.
Amuba bernama Naegleria Fowleri ini hidup di tanah dan air tawar hangat seperti danau, sungai, dan sumber air panas. Penyakit ini biasa tersebut sebagai “amuba pemakan otak” karena infeksi otak yang tertimbulkan jika air yang mengandung amuba masuk ke hidung, menurut Pusat Pengendalian Penyakit AS.
Korban adalah pemua berusia 25 tahun yang sebelumnya ternyatakan sehat. Ahli medis memperkirakan korban melakukan kontak dengan amuba saat berenang di Pantai Gai di tepi Kinneret di Israel utara.
Ia awalnya mendapat perawatan di Rumah Sakit Sharon pada Selasa lalu setelah mengalami gejala demam, sakit kepala, dan muntah. Setelah kondisinya memburuk, ia terpindahkan ke Rumah Sakit Beilinson di Petah Tikvah.
“Sejak ia terawat di rumah sakit, tim medis menggunakan segala yang mereka miliki. Termasuk perawatan obat dan intervensi bedah untuk menyelamatkan nyawa pasien. Namun kondisinya terus memburuk,” Kan melaporkan, mengutip pernyataan rumah sakit.
Di Israel, Amuba Pemakan Otak Tumbuh Subur di Air Hangat
Meskipun Naegleria Fowleri tumbuh subur di air hangat, kebanyakan orang yang berenang di sumber air yang mengandung amuba tidak akan bersentuhan dengannya.
Kementerian Kesehatan mengatakan, pihaknya telah mengirimkan petugas kesehatan lingkungan untuk memeriksa pantai tempat pria tersebut berenang. Namun tidak ada temuan bukti awal adanya kontaminasi amuba.
Menurut Channel 12, Kementerian Kesehatan “akan memberi tahu masyarakat jika terperlukan” mengenai perkembangan terbaru dari penyelidikan tersebut.
Angka kematian akibat ensefalitis – infeksi otak – yang tersebabkan oleh amuba sangatlah tinggi, dan meskipun infeksi sangat jarang terjadi, seringkali berakibat fatal.
Hanya sekitar 400 kasus yang pernah terdiagnosis di seluruh dunia. Gejala infeksi sering kali berupa sakit kepala, demam, mual, muntah, dan leher kaku. Serta gejala neurologis seperti kebingungan, kejang, dan halusinasi. Hal ini memerlukan perhatian medis segera.
Sekadar informasi, pada Agustus 2022, seorang pria Israel berusia 36 tahun meninggal karena meningoensefalitis amuba primer, infeksi otak yang disebabkan oleh amuba yang sama. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"