KONTEKS.CO.ID – Apple Vision Pro menjadi perangkat ‘komputasi spasial’ baru yang ternilai sebagai cara paling imersif untuk menonton dan menikmati TV.
Namun streamer besar menolak membuat aplikasi khusus untuk perangkat Apple Vision Pro. Ditambah lagi, dengan AI Facebook.
Pertanyaannya, Apa alasan mereka hingga menolak singgah di perangkat Apple itu sebagai aplikasi?
Minggu lalu, pre-order untuk headset Vision Pro perusahaan dibuka. Ini adalah platform “komputasi spasial” seharga Rp55,4 juta yang CEO Apple, Tim Cook, posisikan sebagai penerus Mac dan iPhone.
Ia mengatakan, perilisannya adalah peluncuran era besar ketiga dalam sejarah Apple. Namun di media massa, peluncuran tersebut terbayangi oleh sikap permusuhan diam-diam terhadap perangkat tersebut.
Biaya Pengembangan Aplikasi di Apple Vision Pro Mahal
Netflix menyatakan, mengembangkan aplikasi untuk platform baru itu berisiko dan mahal. Padahal layanannya masih bisa ternikmati melalui website.
Pada akhir pekan pertama Vision Pro terjual, analis Ming-Chi Kuo menyebut sebanyak 160.000-180.000 unit telah terpesan.
Sementara Netflix tidak bergerak dalam bisnis pemasangan aplikasi, bisnisnya adalah langganan berbayar. Biaya pengembangan aplikasi untuk platform baru hanya sepadan jika aplikasi tersebut mendatangkan pelanggan baru atau mencegah pelanggan lama melakukan pembatalan.
Jadi masuk akal mengapa perusahaan mungkin tidak bersedia menghabiskan sumber dayanya untuk aplikasi Vision Pro. Meskipun Apple sangat memasarkan perangkat tersebut sebagai cara paling imersif untuk menonton TV.
Netflix juga telah meninggalkan pembaruan aplikasinya untuk Meta Quest, upaya Mark Zuckerberg yang menghabiskan banyak uang untuk menjadikan “metaverse” sebagai sesuatu.
Masih Bisa Dinikmati di Website
Dalam kedua kasus tersebut, hal ini berarti pengguna terjebak saat memuat Netflix versi web jika mereka ingin menonton TV dalam realitas virtual. Sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk menonton acara secara offline (pengalaman sinematik dalam penerbangan, misalnya).
Namun Netflix tidak hanya tidak berinvestasi dalam pengembangan aplikasi, tetapi juga secara aktif melakukan intervensi untuk menghentikan layanannya dari headset.
Vision Pro dapat menjalankan aplikasi iPhone dan iPad dalam “mode kompatibilitas”. KEcuali pengembang secara khusus memilih untuk tidak ikut serta.
Hal itulah yang dilakukan Netflix dan ia bukan satu-satunya yang menolak masuk ke Apple Vision.
“YouTube tidak berencana meluncurkan aplikasi baru untuk Apple Vision Pro, juga tidak akan mengizinkan aplikasi iPad yang sudah lama berfungsi di perangkat itu. Setidaknya, untuk saat ini,” tulis Bloomberg, Senin 29 Januari 2024.
Spotify juga saat ini tidak merencanakan aplikasi baru untuk visionOS –sistem operasi Vision Pro. “Merela tidak berharap untuk mengaktifkan aplikasi iPad-nya untuk berjalan di perangkat saat peluncuran,” menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut, lapor Bloomberg.
Menurut situs Guardian, ada petunjuk lain dalam kisah besar penolakan perusahaan streaming membuat aplikasi di Apple Vision.
Melawan Sistem Pembayaran Tunggal Apple
Kisahnya adalah Apple enggan menyetujui persyaratan pengadilan yang membiarkan pengembang mengabaikan sistem pembayaran Apple sendiri.
Pengembang aplikasi iPhone kini punya pilihan. Mereka dapat menagih pelanggan melalui sistem Apple, dan membayar perusahaan potongan sebesar 30%. Atau membayar pihak ketiga yang jauh lebih murah sekitar 3% dan kemudian membayar Apple potongan sebesar 27%.
“Semua pengembang App Store –termasuk mereka yang menempatkan tombol atau tautan dengan ajakan bertindak di aplikasi mereka– mendapatkan manfaat dari teknologi dan alat milik Apple yang terlindungi oleh kekayaan intelektual, dan akses ke basis penggunanya. Komisi Apple akan sebesar 27% dari hasil yang Anda peroleh dari penjualan,” cetus Apple.
“Perusahaan jelas berhak atas potongan dari semua aktivitas ekonomi yang terhasilkan melalui App Store. Ini tidak mencakup semua transaksi yang difasilitasi Apple. Namun membebankan biaya pada pembelian digital adalah cara yang masuk akal untuk memperhitungkan nilai besar yang Apple berikan kepada pengembang,” kata Apple.
IPhone adalah platform yang sangat berharga, sehingga Apple dapat menerapkan persyaratan ekstraktif kepada siapa pun yang ingin mengembangkannya.
Namun Vision Pro? Mungkin saja suatu hari nanti, tetapi jika itu terjadi, akan ada banyak waktu untuk mengembangkannya ke depan. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"